Jika Anda, dan semoga tidak, merasa depresi atau mendapat tekanan lainnya, segera hubungi dokter atau pihak-pihak yang berwewenang, seperti klinik kesehatan mental, psikiater, ataupun psikolog untuk meminta konsultasi mengenai masalah Anda.
JEH (57 tahun) ditemukan sudah tidak bernyawa lagi di sebuah kamar hotel di Solo.
Seorang petugas hotel merasa curiga karena wanita Warga Negara Korea Selatan itu tidak keluar-keluar semenjak pagi. Si petugas hotel itu lantas mengetuk pintu kamar, namun diketahui pintu tidak terkunci.Â
Ketika itulah, Minggu (23/2/2020) si petugas mendapati JEH sudah tidak bernyawa, tergantung di kamar hotel sekitar jam 2 siang.
Jasad JEH dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Dr Moewardi untuk dilakukan pemeriksaan. Tidak ada tanda-tanda bekas penganiayaan di tubuh wanita tersebut.
Adapun, pada 22 Januari, JEH kembali ke negaranya, Korea, seusai melakukan perjalanan ke Dailan, Cina.Â
Karena JEH sudah bekerja 1 tahun di Indonesia, tepatnya di salah satu perusahaan di bagian uji mutu di Klaten, Jawa Tengah. JEH lantas berkunjung ke Solo pada Sabtu (22/2/2020) bersama seorang temannya.
Bukan pertama kalinya, Â perempuan itu melakukan kunjungan ke Indonesia.
Karena di salah satu hotel di Solo penuh, lantas wanita itu pindah ke hotel dimana akhirnya jasad JEH ditemukan.Â
Sebenarnya tujuan wanita itu ke Solo hanya untuk berkunjung.Â
Sebelum ke kota Bengawan Solo itu, JEH lebih dahulu tiba di Yogyakarta pada Minggu (16/2/2020) dari negaranya Korea.
Di TKP (Tempat Kejadian Perkara), polisi menemukan sebuah note, bahwa korban tertular Covid-19 dan tak kunjung sembuh, maka dia memilih gantung diri. Depresi.
Dalam memo itu, JEH juga menceritakan riwayat sakit yang dia rasakan, JEH sempat mengeluh sakit di tenggorokannya.
Selain note itu, di TKP, polisi menemukan juga beberapa obat yang digunakan korban untuk mengatasi flu.Â
Diduga terpapar, sesuai prosedur penanganan orang yang punya riwayat perjalanan ke negara yang terjangkit virus korona, jasad JEH lantas dimasukkan dulu ke ruang isolasi.
Baik Eko Haryati, Kassubag Hukum dan Humas RSDM maupun Kombes Pol Andy Rifai, Kapolresta Solo, mengatakan, setelah diperiksa di RSDM, hasilnya negatif.Â
"Korban mengira dia terkena korona," kata Andy, Minggu (1/3/2020).
Sesudah dilakukan pemeriksaan, jasad JEH dibawa dulu ke Rumah Duka Thiong Ting untuk dikremasi. "Sesudah itu diserahkan ke Kedutaan Besar Korea untuk dipulangkan," jelas Eko.
Menanggapi peristiwa itu, pihak istana turut angkat bicara. Menurut Dany Amrul Ichdan, Tenaga Ahli Utama Kepresidenan, yang dijadikan patokan adalah hasil pemeriksaan, "Jika hasilnya negatif, berarti dia negatif," kata Dany, Senin (2/3/2020).
Dany juga menghimbau warga negara asing yang berada di Indonesia agar segera memeriksakan diri jika ada kekhawatiran dan panik akan terserang virus korona.
Ahli kesehatan jiwa dr Andri SpKj, FAPM, dari Rumah Sakit Omni Hospital Alam Sutera Tangerang, menanggapi peristiwa yang dialami JEH.
Andri mengaca kepada pengalamannya. Menurut Andri, biasanya orang yang mempunyai keinginan menghabisi nyawanya sendiri karena sesuatu masalah yang dimilikinya, orang itu mengalami depresi.
Andri juga menduga JEH mempunyai masalah sebelumnya yang membuatnya depresi, sehingga karena tak kunjung sembuh dan mengira terkena korona, maka JEH memutuskan untuk bunuh diri.
Kondisi mental lainnya itu, menurut Andri, seharusnya tidak mendorong seseorang untuk melakukan bunuh diri.
Menurut Andri, untuk mengetahui lebih pasti, harus diadakan pemeriksaan terlebih dahulu, mengenai latar belakangnya, dsb.Â
"Orang dengan kondisi mental yang sehat, tidak begitu saja mudah putus asa disebabkan virus korona yang sebenarnya dapat disembuhkan," ujar Andri.
Yang penting, menurut Andri, kita harus menjaga kondisi saat ini, baik fisik maupun mental, apalagi adanya kecemasan terserang virus korona. Â "Kita tidak tahu latar belakang orang itu,".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H