Karena sosoknyalah, kelompok Barongsai Kong Ha Hong disegani dunia. Grup "Lion Dance" pimpinan Wong Pak, alias Ronald Sjarif sudah menjadi juara dunia 5 kali "Tarian Singa" ini.
Setiap jatuh hari raya Imlek, barongsai Kong Ha Hong selalu dinantikan para penonton.
Pada dua pekan menjelang perayaan Imlek 2571 yang pada tahun 2020 ini jatuh pada 25 Januari hingga perayaan Cap Go Meh 15 hari sesudahnya, Grup Barongsai Kong Ha Hong besutan Ronald Sjarif setidaknya sudah dikontrak lima mall besar di Jakarta, selama sebulan penuh.
Tahun ini, saya sudah dua kali menonton Kong Ha Hong Indonesia di mall, yaitu pada Minggu (26/1/2020) dan sepekan kemudian, Minggu (02/02/2020). Di Mall Ciputra, Grogol, Jakarta Barat.
Ronald Sjarif pun sibuk menyambangi mall-mall dimana Kong Ha Hong tampil.
"Jelang Imlek hingga Cap Go Meh, kami memang sibuk dimana-mana," kata pria berusia 74 tahun itu.
Kendati tradisi Shi Wu (Barongsai dalam bahasa Mandarin) berasal dari Cina daratan, akan tetapi menurut Sjarif keanggotaan Kong Ha Hong berasal dari keberagaman.
Siapa saja dapat menjadi anggota Grup Kong Ha Hong, dengan tidak memandang suku, agama, ras, atau keturunan.
Sebagai contoh, Sjarif menyebutkan juara dunia yang terakhirnya. Pada Kejuaraan Dunia Barongsai di Guang Xi, Teng Xian, Cina, pada 4-6 Nopember 2019, Kong Ha Hong Indonesia keluar sebagai Juara Dunia.
Barongsai Kong Ha Hong Indonesia dimotori oleh Ricky Syahputra (berperan sebagai kepala), dan Oktavianus (berperan sebagai buntut).
Sjarif sengaja menurunkan Ricky dan Okta untuk menunjukkan keberagaman. Kedua pemuda itu ibunya berdarah Jawa. Sedangkan agama Oktavianus Kristen, dan Ricky beragama Muslim.
Khusus di Guangxi itu Sjarif menuturkan perasaan bangga yang lebih, pasalnya timnya berhasil mengalahkan tim dari Malaysia dan Cina.
"Malaysia sudah 57 kali memenangi kejuaraan tingkat dunia," kisah Sjarif yang didampingi Okta dan Ricky di sarang singa di Jalan Pinangsia Raya No 49, Glodok, Jakarta Barat.
Patut diketahui, di Guangxi itu yang menjadi runner-up adalah Grup Teng Xien dari Cina. Dan ketiga dari Taiwan.
Keempat Juara Dunia lainnya dicapai pada 2017 di Jakarta, 2015 di Beijing, 2014 di Jakarta, dan 2009 di Guangzhou.
Penilaian, menurut Sjarif, berdasarkan tingkat kesulitan saat meloncat sambil menukik, loncat jauh, loncat tinggi, kerapihan, sopan santun, kebersihan, juga keselarasan antara buntut serta kepala dan antara musik dan tarian.
Keberagaman tidak memecah belah tapi justru saling menguatkan.
"Waktu di Guangxi, pak Sjarif sengaja memesan makanan yang non B2," kata Ricky.
Bukan saja mendapat undangan dari dalam, Kong Ha Hong juga mendapat pesanan dari luar negeri untuk memeriahkan acara-acara tertentu.
Sebelum mendirikan Kong Ha Hong, Sjarif sendiri merupakan generasi pertama pemain Tarian Singa.
Kong Ha Hong sebenarnya adalah nama sebuah yayasan sosial yang memayungi seni Barongsai. Sebagai Ketua Harian FOBI (Federasi Olahraga Barongsai Indonesia), Sjarif mengetahui kelompok-kelompok Barongsai yang ada di Indonesia. Dari situlah, Sjarif mendirikan tim Kong Ha Hong Indonesia.
Sebelum duet Ricky/Okta, juara dunia sebelumnya dimotori oleh Irvan/Nelsen Setiawan, dan Anton Chandra/Andri Wijaya.
Juara lagi. Hal itu sekaligus menghapus momok tentang regenerasi Kong Ha Hong.
Sjarif pernah menjadi pemain Barongsai semenjak usianya yang ke 10. Dia berhenti sehubungan adanya larangan dari pemerintahan Orde Baru paska Gerakan 30 September 1965 PKI.
Orba melarang segala sesuatu yang berbau Cina. Dari toko-toko yang memakai huruf kanji, kebudayaan Cina (Barongsai, Liong, Tatung, perayaan Imlek, dsb), sampai kepada penggantian nama Cina.
17 Agustus 1999 adalah hari bersejarah, untuk pertama kalinya Barongsai Kong Ha Hong tampil kembali di hadapan publik.
Pada saat itu, Indonesia sedang merayakan Hari Kemerdekaan. Jatuhnya Orde Baru yang selama 32 tahun berkuasa, dimaknai etnis Tionghoa dengan sebuah perayaan, termasuk di antaranya Barongsai.
Selepas tragedi Mei 1998, Barongsai Kong Ha Hong dipanggil etnis Tionghoa untuk menolak bala. Pada sejarahnya, sejak dulu Barongsai adalah simbol untuk menolak bala.
Adapun tempat penyelenggaraan untuk tampil pertama kalinya pada 17 Agustus 1999 itu adalah di perumahan Pantai Indah Kapuk. Pengelola perumahan elit tersebut memanggil Barongsai untuk diberkati, paska peristiwa penjarahan dan kerusuhan Mei 1998, dan jatuhnya Orde Baru.
Adapun sang pelopor, Ronald Sjarif, fisiknya masih terlihat enerjik di usianya yang sekarang, 74 tahun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H