"Tidak ada yang mengundang saya ke Eropa, namun saya melakukan ini untuk menghindari ketidakadilan, kebohongan, dan kemunafikan," katanya.
Alizadeh bukanlah warga Iran pertama yang membelot. Sebelumnya, wasit sepakbola Alireza Faghani hengkang dan memilih Australia sebagai tempat tinggalnya yang baru. Selain itu, atlet yudo Saeed Mollaei juga kabur dan sekarang menjadi warga negara Mongolia.
Saeed Mollaei kabur setelah rezim Iran melarangnya agar tidak bersaing dengan atlet Israel.
Atlet panahan Pourya Jalalipour yang sudah memenuhi syarat akan mengikuti Olimpiade Tokyo 2020 juga hengkang dan meminta suaka di Belanda. Pada bulan Juli 2019 lalu.
"Saya tidak penting bagi mereka, tak satupun yang penting dari wanita Iran, kami cuma alat. Ketika pemerintah merayakan peraihan medali saya, rezim mengkritik olahraga yang saya geluti," kata Alizadeh.
Seksisme.
Adapun bunyi salah satu kritikan tersebut adalah, "Seorang wanita yang bermoral  bukanlah untuk meregangkan kakinya,".
Abdolkarim Hosseinzadeh, seorang anggota DPR Iran, meminta jawaban pejabat yang tidak kompeten karena membiarkan Alizadeh kabur ke luar negeri.
Kimia Alizadeh melarikan diri ke luar negeri di tengah-tengah kritik terhadap pemerintah Iran terkait tertembaknya pesawat komersial Ukraina.
Menurut Hosseinzadeh, kasus hengkangnya Alizadeh mirip pecatur Alireza Firouza, yang melarikan diri dan kini tinggal di Perancis, dua tahun sesudah peraih gelar grand master pada usia 14 tahun tersebut meraih juara di kejuaraan catur Iran.
Adalah suatu kerugian besar, jika Alizadeh tidak mewakili Iran di Olimpiade Tokyo 2020. Apakah Alizadeh yang kini berlatih di Belanda akan bertanding atas nama Iran atau bendera mana yang akan dibelanya?