"Pada waktu saya melatih Seongnam Ilhwa Chunma di Korean League, saya mengalahkan Jeongnam Dragons 1-0", ujar pelatih anyar Indonesia, Shin Tae-yong.
Jeongnam Dragons waktu itu dilatih oleh Park Hang-seo, pelatih Vietnam saat ini.
Hal tersebut dikatakan Shin kepada Ilgan Sports, ketika Shin mengomentari beberapa media yang tidak sedikit membandingkan dirinya dengan Park, setelah resmi menjadi coach manager Timnas Indonesia.
Melakoni tiga laga tersisa di kualifikasi Piala Dunia 2022 Grup G, Indonesia akan melakoni leg kedua di Hanoi pada 4 Juni 2020.
Sama-sama Korea, Park Hang-seo adalah mantan asisten pelatih Guus Hiddink di Piala Dunia 2002, dimana saat itu Korea berhasil menembus semifinal.
Sedangkan Shin Tae-yong, mantan pelatih Timnas Korea yang membawa negara ginseng itu ke Piala Dunia Rusia 2018.
Sesudah menjalani laga kualifikasi Piala Dunia 2021, pertemuan Indonesia dan Vietnam adalah pada gelaran Piala AFF 2020.
Shin merupakan orang Korea kedua yang bekerja di Asia Tenggara. Sejak direkrut Vietnam pada 2017, Vietnam mencatat berbagai prestasi bersama Park. Mereka berhasil masuk semifinal Asian Games 2018 Jakarta, Finalis Piala Asia 2018, dan medali emas SEA Games Filipina 2019.
Melihat keberhasilan seniornya itu, Shin juga tertarik dan ingin meniru keberhasilan rekan senegaranya itu.
Berawal dari dipecatnya Simon McMenemy sebagai pelatih Timnas Indonesia, PSSI mencari pelatih baru. Terdapat dua pilihan, antara Luis Milla dan Shin Tae-yong.
Dan pada akhirnya, terjadi kesepakatan antara PSSI dan Shin yang mengikat kontrak untuk melatih bukan saja untuk timnas senior, tapi juga untuk semua level.Â
Membenahi senior dan U-20 menjadi prioritas, mengingat Indonesia akan menjadi tuan rumah penyelenggara Piala Dunia U-20 2021.
Seperti diketahui, Vietnam di tangan Park merupakan juara bertahan Piala AFF, di final (2018) kala itu, Vietnam menang 3-2 atas Malaysia.
Alhasil, dengan demikian, Vietnam sudah dua kali juara. Sebelumnya di edisi 2008. Sedangkan prestasi terbaik Indonesia di Piala AFF hanyalah mencapai runner-up sebanyak lima kali.
"Sangat ketat dan bakal sangat sibuk sekali, saya ditugaskan untuk membenahi empat level sekaligus, senior, U-23, U-20 dan U-17," ujar Shin (50) kepada Korea JoongAng Daily.
"Saya mengiyakan saja tugas dari PSSI itu, akan tetapi saya merasa nyaman," ujar Shin tentang tugas sibuknya itu.
Jabatan coach manager pada Shin merupakan sesuatu yang baru di Indonesia. Shin akan menjadi supervisor bagi ke semua jenjang usia.
Meniru apa yang dilakukan seniornya, dimana Park Hang-seo (60) menerapkan metode latihan yang bersahabat dan hangat, Shin meminta para pemain memanggilnya dengan sebutan "brother". Saudara.
"Park dipanggil 'papa' oleh para pemain Vietnam, maka saya ingin dipanggil 'saudara'"kata Shin kepada Dong A.
Kepada Korea JoongAng Daily, Shin juga menceritakan program yang sudah disusunnya untuk U-19 dan senior.
Pada tahap pertama, Shin akan mengumpulkan 60 pemain U-19 di Bali dan akan diseleksi menjadi 28 pemain. Nantinya ke 28 pemain tersebut akan menjalankan training center di Thailand sampai Pebruari 2020.
Setelah itu, U-19 akan ikut sebuah turnamen di Jepang.
Timnas U-19 juga akan melakukan pemusatan latihan di Belanda dan Jerman.
Sebelum terjun di Piala Dunia U-20 2021, tim muda Indonesia akan mengikuti turnamen Piala Asia U-19 di Uzbekistan, Oktober nanti.
"Saya ingin membawa tim muda mendapatkan hasil bagus di Uzbekistan," ujar Shin.
Di sela-sela program yang dijalankan Shin untuk U-19, Shin juga menerapkan programnya untuk senior. Shin akan memilih pemain senior untuk memulai latihan untuk menghadapi tiga laga tersisa kualifikasi Piala Dunia 2021.
Bolak-balik Shin memprioritaskan kedua level ini, U-19 dan senior. "Jadwal ketat ini memungkinkan saya mengenal pemain dengan lebih cepat," katanya.
Kepada JongAng Daily, juga mengungkapkan salah satu kegagalan pelatih asing yang berkiprah di luar negeri adalah karena tidak adanya adaptasi. Untuk itu, Shin akan berusaha beradaptasi dengan lingkungan barunya di Indonesia, khususnya dengan para pemain.
Tentang taktik, apakah Shin akan menerapkan pola yang sama seperti yang biasa ia lakukan, yaitu bermain ofensif?
Untuk itu Shin menjawab, sesuai dengan kondisi Indonesia, menurutnya Indonesia tidak bisa menetapkan pola yang benar-benar menyerang. Harus ada defensif juga.
Jika menghadapi negara-negara ASEAN, Shin akan menerapkan gaya yang lebih menyerang. Tapi menghadapi negara-negara kuat di Asia, defensif diperlukan secara efisien.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H