Keberhasilan Park Hang-seo, mantan asisten pelatih Guus Hiddink di Piala Dunia 2002, membesut Timnas Vietnam boleh dikata sebagai pemicu munculnya tren negara-negara Asia Tenggara mempekerjakan pelatih asal negara Asia Timur.
Direkrut Vietnam sejak 2017, Park Hang-seo sukses mengantarkan The Golden Warriors mengukir sejumlah prestasi yang mumpuni.Â
Awalnya kemampuan pria yang kini berusia 60 tahun itu sempat diragukan karena belum mempunyai pengalaman sebagai pelatih. Akan tetapi, Vietnam U-23 berhasil dibawa menembus semifinal Asian Games 2018 Jakarta. Mereka sejajar dengan negara-negara lainnya di Asia, seperti Korea Selatan.
The Golden Warriors U-23 sukses menjadi finalis Piala Asia 2018. Dan yang terakhir, mereka membawa pulang medali emas dari SEA Games Filipina 2019.
Di tingkat senior, Rong Vang juga merebut juara Piala AFF 2018.
22 laga sudah Park memimpin timnas senior dengan catatan menang 12 kali, seri 6 kali, dan cuma keok 4 kali. Tak heran kalau Vietnam menjadi satu-satunya negara di kawasan Asia Tenggara yang menduduki ranking 100 besar FIFA. Mereka berada di peringkat ke 96 dunia.
Park Hang-seo merupakan orang Korea Selatan. Menyusul kemudian orang kedua dari Negeri Ginseng itu yang menangani timnas di Asia Tenggara. Dialah Shin Tae-yong, arsitek untuk Indonesia.
Sementara itu ada empat negara lain yang mempekerjakan pelatih asal Jepang. Keempatnya adalah Keisuke Honda yang melatih Kamboja, Norio Tsukitate di Timor Leste, Akira Nishino untuk Thailand, dan Tatsuma Yoshida di Singapura.
Thailand mulai mengubah arah dengan mempekerjakan Nishino pada bulan Juli tahun lalu, khususnya untuk menghadapi kualifikasi Piala Dunia 2022 di Grup G. Sebelumnya, Negeri Gajah Putih ini terbiasa mengambil pelatih dari Eropa.
Hasil cukup memuaskan pun dipetik Thailand di kualifikasi Piala Dunia 2022. Mereka menang 2 kali, seri 2 kali, dan baru satu kali keok dari 5 laga yang sudah dijalankan.
Kamboja mulai mengalami kemajuan sejak Keisuke Honda diangkat sebagai manajer di Negeri Seribu Pagoda itu. Honda adalah pelatih sekaligus manajer yang masih berusia muda, yaitu 32 tahun. Bahkan Honda saat ini masih berstatus sebagai pemain di klub Australia, Melbourne Victory.
Kamboja yang biasa dihujani gol, kini secara mengejutkan, mereka mampu menembus semifinal SEA Games Filipina 2019.
Orang kedua Korea yang menangani Asia Tenggara, Shin Tae-yong, resmi menjadi pelatih sekaligus manajer Timnas Indonesia sesudah penandatanganan kontrak dan perkenalan pelatih berusia 50 tahun itu di Stadion Pakansari, Cibinong, Kabupaten Bogor, pada Sabtu (28/12/2019) lalu.
Shin Tae-yong menandatangani kontrak berdurasi empat tahun.
Oleh karena Shin diberikan tugas bukan hanya mengarsiteki timnas senior, tapi juga di semua level, dari U-16, U-20, dan U-22, maka Sekjen PSSI Ratu Tisha Destria menjelaskan bahwa jabatan Shin adalah sebagai coach manager.
Mantan pemain dan pelatih Seongnam Ilhwa Chunma itu nantinya bakal menjadi supervisor untuk timnas senior, U-20, U-16, dan U-22.
Gayung bersambut, pria kelahiran Yeong Deok itu merasa tertarik dan tertantang untuk membuktikan kemampuan terbaiknya membenahi sepak bola Indonesia secara keseluruhan.
Namun timnas senior dan U-20 menjadi prioritas, karena Indonesia ingin menjadi tuan rumah yang baik Piala Dunia U-20 2021.
Shin kini tengah pulang ke negaranya dan kabarnya pada 6 Januari 2020 sudah akan ketahuan seperti apa struktur manajemennya. Pada saat itu akan ada pertemuan dengan PSSI dan Shin akan memutuskan siapa yang akan menjadi asistennya, pelatih di U-20, U-16, dan U-22.
Sampai saat ini, PSSI belum mengumumkan siapa-siapa saja yang akan membantu mantan top skorer K-League itu.
Namun santer diberitakan mantan pelatih Timnas U-23, Indra Sjafri, bakal menjadi asisten pelatih yang membawa Korea ke Piala Dunia 2018 itu. Sedangkan Bima Sakti menjadi pelatih U-16.
Menurut Ratu Tisha, Shin itu sangat detail. Menurutnya, Shin nanti akan meminta laporan dari setiap pelatih tentang kondisi di maupun luar lapangan.
Menurut Tisha, selain meminta laporan teknis, Shin juga akan meminta laporan non-teknis yang kecil-kecil. "Seperti makanan atau cucian pakaian," ujar Tisha.
Shin yang mengantarkan Timnas U-23 negaranya ke perempatfinal Olimpiade Rio de Janeiro itu juga akan membawa tiga orang dalam staf kepelatihannya.
Setelah mengamati beberapa laga yang dimainkan Indonesia, Shin mendapatkan bahwa kelemahan Indonesia ada pada aspek fisik. "Indonesia sudah loyo ketika memasuki menit ke 70, apapun taktik yang diterapkan akan tidak berguna jadinya kalau fisik tidak prima," ujarnya.
Oleh karenanya, Shin membawa serta Lee Jae-hong sebagai pelatih fisik, Kim Hae-won sebagai pelatih kiper dan Gong Oh-kyun dalam staf pelatihnya. Oh-kyun sempat mendampingi Shin dalam menangani Timnas U-20 Korea.
Pengangkatan Shin sebagai arsitek merupakan sejarah bagi Indonesia. Pasalnya Shin merupakan orang Asia kedua yang pernah melatih Indonesia. Sebelumnya, Choo Sheng Quee asal Singapura melatih Indonesia pada 1951-1953.
Peran coach-manager pada Shin merupakan sesuatu yang baru dalam dunia kepelatihan di Indonesia. Kita nantikan pembuktian dari Shin, apakah tren pelatih Asia Timur juga berdampak positif bagi Indonesia?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H