Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Jakarta, Kebanjiran dan Macet

3 Desember 2019   06:47 Diperbarui: 3 Desember 2019   07:35 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musim hujan telah tiba (mediaindonesia.com)

Biasanya memasuki dua bulan sebelum akhir tahun, kita sudah memasuki musim penghujan, namun badan yang berwewenang mengenai masalah ini, BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) mengatakan baru sekitar 16 persen daerah di tanah air yang sudah memasuki musim penghujan ini, medio Nopember 2019.

Menurut BKMG hal tersebut dikarenakan karena adanya dipole mode dan el nino yang mengakibatkan bahkan ada daerah yang belum hujan-hujan selama lebih dari enam bulan.

Ya, itulah sebab musabab terlambat datangnya musim hujan di beberapa daerah di tanah air. BKMG bahkan mengatakan seharusnya bulan Oktober sudah ada hujan. Keterlambatan turunnya hujan di beberapa daerah berkisar dari satu bulan, sampai mencapai 200 hari tidak ada hujan.

BKMG menyebutkan wilayah di pulau Jawa yang sudah hujan hingga medio Nopember adalah Sukabumi, Bandung, dan Bogor (ke semuanya di bagian barat).

Daerah-daerah yang disebutkan BKMG belum mendapatkan hujan hingga 200 hari, atau tujuh bulan hingga 8 bulan dimaksud adalah wilayah Jawa Timur di bagian timur dan tengah, jalur Pantura serta daerah Banten Utara.

Deputi Klimatologi BMKG, Adi Ripaldi, pada Jum'at (29/11/2019) di Graha PNPB, Jakarta Timur, menjelaskan, wilayah yang paling panjang tidak turun hujan adalah wilayah Rambangaru, Nusa Tenggara Timur (lebih dari delapan bulan).

Selain menyebutkan wilayah barat Jawa, Adi juga menyebutkan wilayah yang intensif turun hujan adalah Kalimantan dan Sumatera.

Untuk wilayah Jakarta, Adi menyebutkan hujan sudah turun tapi belum intensif. Seperti yang Anda alami bagi Anda yang berada di wilayah ibukota ini. Hujan sudah ada, disertai awan mendung.

Hujan, apalagi hujan lebat sering menimbulkan kesan dan cerita yang berkesan, bagi kita atau terlebih lagi bagi para seniman, yang menulis dalam lagu atau puisi atau pun cerpen yang berkaitan dengan hujan.

Kian berkesan bagi para seniman jika hujan deras itu disertai kilat yang saling sambar menyambar, di malam hari.

Peribahasa "sedia payung sebelum hujan", tentu istilah ini berangkat dari soal ujian.

BMKG, melalui Adi, memprediksi puncak hujan di wilayah ibukota akan terjadi mulai bulan Pebruari 2020.

Seperti pada tahun-tahun lalu, puncak hujan di Jakarta sering terjadi pada bulan Pebruari. Dua banjir terbesar terakhir,  terjadi pada bulan Pebruari.

Barangkali Anda pernah mengalami?

Unik, puncak hujan dan banjir pada dua edisi terakhir (2013 dan 2007) adalah pada tanggal yang sama, yaitu 5 Pebruari!

Adi juga menghimbau masyarakat agar berhati-hati akan potensi banjir yang akan mengurung ibukota.

Adi Ripaldi mengatakan banjir di DKI Jakarta bukan saja berasal dari turunnya hujan, tetapi juga berasal dari banjir kiriman dari wilayah sekitarnya.

Untuk itu, Adi meminta masyarakat akan konsen kepada dua penyebab tersebut.

"Banjir di ibukota, bukan saja dari hujan, juga kiriman dari Bogor dan sekitarnya," di Graha PNPB, Jum'at (29/11/2019).

Adi juga menambahkan kewaspadaan akan potensi banjir bukan di puncaknya saja, tapi pada Desember hingga Maret juga perlu diwaspadai. "Bukan hanya dalam hitungan bulan, dalam hitungan hari juga bisa banjir di Jakarta," kata Adi.

Coba Anda perhatikan, sejarah banjir besar yang pernah menerkam Jakarta, semuanya terjadi pada bulan Januari dan Pebruari.

Yang terakhir adalah pada Januari-Pebruari 2013. 20 orang meninggal, 34.000 mengungsi, kerugian 21 triliun.

Pebruari 2007.

80 meninggal, 321.000 mengungsi, kerugian 4,4 triliun. Pada saat itu, air merendam 60 persen wilayah ibukota.

Pebruari 1996.

20 orang meninggal. 31.990 mengungsi. Di sini air bahkan mencapai ketinggian tujuh meter!

Januari 1979.

715.000 mengungsi. 1.200 hektar ibukota digenangi air.

Januari-Pebruari 1918.

Tidak menelan korban jiwa. Air mencapai ketinggian 1,5 meter. Hujan turun terus menerus mencapai 22 hari.

Kemacetan dan banjir memang selalu identik dengan Jakarta. Para gubernur yang pernah memimpin ibukota ini selalu dibuat pusing kepala bagaimana keluar dari dua masalah tersebut.

Gubernur Anies Baswedan berharap agar penanggulangan masalah banjir ini menjadi lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.

Coba kita simak lirik lagu dari Benjamin Suaeb yang berkaitan tentang hujan,

Jakarta kebanjiran,

di Bogor angin ngamuk

rumah ane kebakaran

gare gare, kompor ... mleduk!

Anda mempunyai kesan apa tentang hujan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun