Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Setitik Harapan Terbit bagi Joint List

25 September 2019   07:00 Diperbarui: 25 September 2019   07:21 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak jaman baheula, wilayah Timur Tengah selalu menjadi sorotan perhatian dunia internasional, terutama konflik yang terus terjadi antara Israel dan Palestina.

Tercatat di dalam Kitab Suci Ibrani, kaum Filistin (Palestina) adalah bangsa yang paling misterius dan dimusuhi. Orang-orang Israel menyebut orang Filistin sebagai bangsa "yang tidak disunat". Kaum Filistin menguasai Jalur Gaza modern dan area pantai selatan Israel.

Tanda-tanda permusuhan antara Filistin dan Israel banyak terlihat dari berbagai penemuan. Ingat, seorang wanita Filistin yang bernama Delilah. Samson yang orang Israel mempunyai kekuatan yang luar biasa. Tapi Delilah mengelabui Samson, Delilah menemukan kunci yang mampu melemahkan kekuatan Samson, yaitu rambutnya.

Setelah dalam suatu kesempatan Delilah memotong rambut Samson, maka seketika hilanglah kekuatan Samson.

Atau ada satu yang lain. Goliath, orang Filistin yang tubuhnya seperti raksasa membuat ketakutan pasukan Raja Saul. Akan tetapi, Goliath akhirnya dapat dikalahkan oleh Daud (David). Daud hanya menggunakan sebuah ketepel untuk mengalahkan Goliath.

Hasil pemilu

Pada 17 September 2019 lalu, Israel menggelar pemilihan umum untuk memilih 120 anggota Knesset (parlemen Israel). Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berharap dia mendapatkan paling tidak 61 kursi di Knesset untuk membentuk pemerintahan.

Akan tetapi hasil pemilu itu ternyata, Partai Likud pimpinan Benjamin Netanyahu hanya memperoleh 31 kursi, ditambah koalisinya, koalisi Netanyahu belum sampai 61.

Undang-undang Pemilu Israel menyebut, untuk membentuk pemerintahan, maka paling sedikit partai koalisi harus mendapatkan 61 kursi (60+1 dari 120 kursi).

Jika Likud (31 kursi) ditambah koalisinya, Yamina, United Torah Judaism, Shas, maka totalnya hanya 55 kursi.

Sedangkan Partai Biru Putih pimpinan Benny Gantz 33 kursi. Partai Biru Putih dan Partai Likud adalah dua kubu yang bersaing ketat.

Jika ditambah dengan koalisinya, Uni Demokrat, Gesher, Biru Putih hanya memperoleh 44 kursi.

Partai lainnya adalah Partai Yisrael Beitenu pimpinan Avigdor Lieberman hanya memperoleh 9 kursi.

Semua itu dihitung berdasarkan pada 98 persen suara yang sudah masuk (Jum'at, 20/9/2019).

Sementara konflik antara Israel dan Palestina terus bergema semenjak dahulu, Partai Joint List pimpinan Ayman Odeh memperoleh hasil yang mengejutkan.

Partai Joint List adalah partai Arab di sana yang merupakan aliansi dari empat partai yaitu United Arab List, Ta'al, Hadash, dan Balad.

Orang Arab di Israel ada 20,94 persen atau sekitar 1,89 juta dari total penduduk Israel yang 8,71 juta orang. Selama ini mereka dirasis dan didiskriminasi di sana.

Dari 98 persen suara yang sudah masuk, Partai Joint List mendapatkan sebanyak 13 kursi, ini berarti 10 persen lebih dari 120.

Perolehan 13 tersebut merupakan pencapaian terbaik selama ini dan menyamai pencapaian pada pemilu 2015. Pencapaian kursi terbesar semenjak berdirinya negara Israel pada 1948.

Dengan demikian, Joint List kini menjadi kekuatan ketiga terbesar di Israel setelah Biru Putih dan Likud.

Alhasil, setitik harapan pun terbit seiring perolehan Partai Joint List meraih kursi yang cukup besar minggu lalu.

Sejak dahulu kala, Palestina dan Israel seperti anjing dan kucing, tidak pernah berteman. Perjuangan "kaum Filistin" untuk merdeka dengan cara melakukan peperangan tercatat di tahun-tahun 1973, 1967, 1956, dan 1948.

Kontrak damai pun pernah terjadi antara Israel dan Palestina serta Arab. Dua konferensi tahun 1993 di Oslo dan 1991 di Madrid digelar.

Tapi baik peperangan dan kontrak damai tadi tidak menghasilkan hak bangsa Palestina dihargai. Arab dan Palestina gagal merebut kembali tanah mereka yang dicaplok Israel.

Panggung politik Israel pun sudah lama dikuasai oleh aliran ortodoks yang jelas-jelas sangat anti perdamaian.

Kontrak terakhir pada 2014 juga gagal lagi gagal lagi, karena Israel mendirikan pemukiman Yahudi di Tepi Barat.

Harapan perdamaian pun diperburuk dengan terjadinya perseteruan di antara bangsa-bangsa Arab sendiri. Ditambah lagi, sejumlah negara Arab dengan Israel kini sering mengadakan kunjungan timbal balik. Mesra.

Dengan demikian, tanpa sokongan dari negara-negara Arab, Palestina kini semakin berjuang sendirian.

Presiden Israel, Reuven Rivlin, bisa saja meminta Benny Gantz untuk membuat pemerintahan jika partainya mendapat dukungan dari Joint List.

Namun ada tiga orang dari 13 kursi yang diraih Joint List yang memutuskan tidak mau mendukung siapapun.

Kendati warga Arab marah kepada Benny Gantz tapi mereka mau mendukungnya demi menjatuhkan Netanyahu. Gantz menjadi komando pada tahun 2014 ketika Israel menyerang Gaza. Tapi kemarahan kepada Netanyahu lebih besar lagi.

Alhasil, dengan dukungan dari partai Arab, Gantz sudah memperoleh setidaknya 43 kursi Knesset.

Adapun Gantz enggan mengikuti ajakan Netanyahu untuk gabung, karena Netanyahu menyalahgunakan dana negara dan korupsi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun