Israel menggelar pemilu pada Selasa (17/9/2019). Pemungutan suara dimulai pada pukul 07.00 dan berakhir pada pukul 22.00 waktu setempat. Israel mengerahkan sekitar 18.800 personel untuk mengamankan area-area TPS.
Israel juga menutup Tepi Barat sejak Senin malam. Pengawasan ditingkatkan di perbatasan antara Israel dengan negara-negara seperti Suriah, Lebanon, dan Jalur Gaza. Selama pemungutan suara, warga Palestina tidak diperbolehkan masuk ke wilayah Israel dari Tepi Barat.
Sebanyak 6.395.000 warga Israel yang memiliki hak pilih akan memilih 120 anggota Knesset (parlemen Israel).
Ada dua kubu yang sengit bertarung di pemilu kali ini, yaitu partai Likud dari kanan radikal pimpinan Benjamin Netanyahu dan faksi Kahol Lavan dari Gerakan Biru Putih pimpinan Benny Gantz, mantan kepala staf angkatan bersenjata Israel.
Undang-undang pemilu Israel menyebutkan untuk membentuk pemerintahan, partai atau koalisi partai minimal harus merebut 61 kursi dari keseluruhan 120.
Namun melihat hasil sementara pemungutan suara, kedua kubu (kanan agama, ortodoks pimpinan partai Likud dan tengah kiri pimpinan partai Biru Putih) masing-masing hanya memperoleh sekitar 32 kursi di Knesset.
Melihat situasi tersebut, Avigdor Lieberman mulai menegang kendali guna membentuk pemerintah persatuan nasional. Karenanya, Ketua Partai Yisrael Beiteinu itu mulai mendekati sejumlah pimpinan Gerakan Biru Putih agar mau bergabung menjadi koalisi dengan Likud.
Lobi politik Lieberman itu ditanggapi Benny Gantz. Ia bersedia membentuk pemerintah persatuan nasional, dan karenanya ia akan mulai berbicara dengan para pemimpin partai tengah kiri koalisinya.
Pada Selasa malam, di hadapan massa pendukungnya, Lieberman menyerukan agar membentuk pemerintahan persatuan. Pemerintah nasional liberal itu luas melibatkan ketiga partai politik, partai Yisrael Beiteinu, partai Biru Putih, dan partai Likud.
"Tidak ada opsi lain, hanya itu satu-satunya jalan," kata Lieberman.
Dari 92 persen yang sudah masuk sampai Rabu siang, kubu tengah kiri mendapat 56 kursi, dengan rincian: partai Uni Demokrat 5 kursi, partai Buruh Gesher 6 kursi, Joint List (aliansi partai-partai Arab) 13 kursi, dan partai Biru Putih 32 kursi.
Sedangkan kubu kanan dan agama/ortodoks  hanya mendapat 55 kursi, dengan rincian: partai ultra kanan Yamina 7 kursi, partai ortodoks United Torah Judaism 8 kursi, partai agama Shas 9 kursi, dan partai Likud 31 kursi.
Partai Yisrael Beiteinu pimpinan Lieberman kini menjadi partai independen. Dulu, Yisrael Beiteinu berkoalisi dengan kanan ortodoks. Tapi karena Lieberman dan Netanyahu sering berbeda pandangan dalam kebijakan negara tersebut, maka sejak 2018 Lieberman keluar dari kubu koalisi Netanyahu.
Partai Yisrael Beiteinu sendiri pada pemilu kali ini hanya memperoleh 9 kursi.
Media-media Israel dan para analis politik mengemukakan ada tiga skenario untuk membentuk pemerintah Israel sesudah pemilu.
Skenario pertama dan yang paling berpeluang adalah melibatkan ketiga partai: partai Likud, Gerakan Biru Putih, dan Yisrael Beiteinu.
Skenario yang kedua adalah, Yisrael Beiteinu (9 kursi) bergabung dengan kanan ortodoks (55 kursi), itu kalau Netanyahu mau berteman lagi dengan Lieberman.
Skenario ketiga, Yisrael Beiteinu (9 kursi ) gabung dengan tengah kiri (56 kursi).
Tapi skenario yang terakhir itu peluangnya sangat kecil terjadi, mengingat di tengah kiri di sana ada Joint List (aliansi partai-partai Arab). Pasalnya, Lieberman sangat anti partai Arab.
Alhasil, bagi warga Arab di Israel, hasil pemilu tersebut dinilai memiliki dampak yang cukup positif. Hal tersebut dikatakan Ketua Joint List, Ayman Odeh. Ini disebabkan Netanyahu dan koalisinya gagal membentuk pemerintahan.
Perolehan kursi aliansi partai-partai Arab cukup mengejutkan dan mencemaskan elite politik Israel. Jika pada April lalu meraih 10 kursi, kini Joint List memperoleh 12 kursi dari 95 persen suara yang sudah masuk, Rabu (18/9/2019).
Komunitas Arab di Israel adalah sebesar 20 persen, atau sekitar 1,8 juta jiwa. Cukup positif untuk mewujudkan visi dan misi politik, terutama damainya Israel dan Palestina. Hal tersebut bisa dimanfaatkan di Knesset untuk mengambil kebijakan memberikan konsesi bagi rakyat Palestina.
Komunikasi antara Gantz dengan Odeh pada Rabu (18/9/2019) dapat mendobrak tabu selama ini menjalin komunikasi dengan para pemimpin politik Arab di Israel. Gantz berkomunikasi dengan Odeh untuk membahas kemungkinan kemitraan.
Publik Israel, elite poitik, dan terutama Netanyahu mulai cemas atas kemungkinan itu, Gantz dan Joint List bergabung membentuk pemerintahan.
Netanyahu dan partai-partai agama koalisinya selama ini dikenal sebagai anti perdamaian, dan tidak kompromi dengan Palestina.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H