Para peneliti mensurvei terlebih dahulu olahraga/aktivitas fisik apa yang biasa mereka lakukan dan seberapa sering.
Jawaban partisipan bermacam-macam, ada yang suka tenis, badminton, rugbi, aerobik, berenang, naik sepeda, jalan kaki, dan berkebun.
Data dikumpulkan. Para peneliti menelaah perkembangan kesehatan mereka selama rerata sembilan tahun. Dari situ diketahui, sekitar 2000 orang meninggal karena stroke dan jantung. Dan 8000 partisipan meninggal karena berbagai hal.
Hasil akhir dibandingkan. Didapati, tiga besar aktivitas atau olahraga yang paling minim berisiko untuk meninggal dini. Ketiga olahraga atau aktivitas yang paling minim risiko tersebut, raket (badminton atau tenis) nomor satu, diikuti yang kedua olahraga berenang, dan yang ketiga adalah olahraga aerobik.
Olahraga raket didapati persentase 47% minim risiko kematian dini, olahraga berenang 28 persen minim risiko kematian dini, dan aerobik 27 persen minim risiko kematian dini.
Sementara itu, untuk yang paling minim berisiko terkena stroke dan jantung, didapati sama (dengan kematian dini), yaitu yang pertama olahraga dengan raket, kedua berenang, dan ketiga aerobik.Â
Persentasenya adalah 56 persen minim risiko jantung dan stroke berolahraga raket dibandingkan dengan olahraga lain. 41 persen untuk berenang dan 36 persen untuk aerobik.
Kendati tiga besar aktivitas paling berdampak bagi kesehatan: raket, renang, aerobik. Namun hal tersebut bukan berarti olahraga lain tidak bermanfaat.
"Riset ini jangan diinterpretasikan kalau bermain bola atau lari tidak dapat melindungi dari penyakit jantung," jelas Profesor Tim Chico, ahli radiologi, dari Sheffield University.
Hasil studi tersebut lantas dipublikasikan di British Journal and Sports Medicine.