Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Money

Jokowi Jengkel Indonesia Tidak Dilirik Investor

6 September 2019   06:00 Diperbarui: 7 September 2019   17:17 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi menyentil para menteri ekonomi (bisnis.tempo.co)

Dalam Ratas (Rapat Terbatas) antara Presiden RI Joko Widodo dengan para menteri kabinet dan para pejabat di sektor ekonomi, Presiden mengatakan Indonesia harus sedia payung sebelum hujan.

Hal tersebut dimaksudkan agar kita harus mengantisipasi kemungkinan terjadinya resesi yang ada di dunia.

Pada ratas, Rabu (4/9/2019) tersebut, Jokowi menyatakan, satu-satunya cara untuk itu adalah dengan menjaring investor dari luar negeri untuk menanamkan modalnya, berupa FDI, atau penanaman modal langsung.

Dalam hal itu, Jokowi merasa jengkel. Karena kenyataannya Indonesia tidak sungguh-sungguh optimal dalam upaya menjaring investasi secara langsung.

Jokowi mencontohkan banyak perusahaan-perusahaan dari Cina yang memindahkan pabriknya ke luar negeri, khususnya ke negara-negara Asia Tenggara, tetapi tidak ke Indonesia.

Indonesia tidak dilirik investor dari negeri tirai bambu tersebut, kita kalah dari negara-negara tetangga, seperti Kamboja, Thailand, Vietnam, atau Malaysia.

Jokowi meneruskan laporan Bank Dunia, bahwa ada 33 perusahaan di Cina yang relokasi ke luar negeri. Dari 33 pabrik itu, Jokowi mengatakan 23 perusahaan pindah ke Vietnam, dan sisanya (10) memilih Kamboja, Thailand, dan Malaysia. 

Untuk menegaskan, Jokowi bahkan sempat mengulangi data-data yang dirilis Bank Dunia itu.

"Dari 33, sekali lagi, 23 memilih Vietnam, 10 ke Malaysia, Thailand, dan Kamboja, nihil yang ke Indonesia," ujar Jokowi, Rabu (4/9/2019).

Jokowi menekankan, penyebabnya karena faktor internal. Jokowi mencontohkan, perusahaan yang mau pindah ke Indonesia harus mengurus segala sesuatunya sangat lama, hingga bertahun-tahun. Sedangkan untuk pindah ke Vietnam, hanya dibutuhkan waktu sekitar dua bulan saja sudah beres.

Adapun Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution menjelaskan penyebab mengapa tak satupun perusahaan dari Cina yang memilih Indonesia.

Menurutnya, permasalahan bukan ada di perizinan, tapi rekomendasinya yang terlalu lama. "Katakanlah setahun terakhir, banyak terjadi relokasi industri dari sana, tapi sangat sedikit sekali yang ke Indonesia. Mereka memilih Vietnam, Thailand, Malaysia, dan Kamboja," kata Darmin, Rabu (4/9/2019) di Kantor Presiden, Jakarta Pusat.

Darmin mencontohkan, untuk memperoleh rekomendasi saja, investor harus menunggu sampai 2-3 bulan di kita, padahal sebenarnya cukup 2-3 hari saja. Dalam hal tersebut, pemerintah bakal memangkas benar-benar hal-hal yang menghambat perkembangan investasi.

"Kita harus review dan pangkas habis-habisan, apa yang membuat lama," ujarnya.

Sekali lagi, Jokowi menjewer menteri-menteri yang terkait investasi. Jokowi menilai tidak optimalnya upaya menjaring investor, karena mereka belum dilayani dengan baik.

"Kita ini melayani, jangan seperti pejabat yang minta dilayani," ujar Jokowi.

Lagi, Jokowi memberi contoh dua perusahaan dari Taiwan dan Arab Saudi yang terbentur dinding. Perusahaan Petrokimia dari Taiwan terhalangi masalah tanah dengan Pertamina, padahal investasinya besar. Perusahaan Arab Saudi, Saudi Aramco juga jadi malas menanamkan investasi di Indonesia.

Presiden minta agar para pejabat dapat mendampingi dan melayani investor dengan baik, sesampai niat mereka berinvestasi di Indonesia terealisasi. Jokowi menekankan, investasi tersebut penting guna mengantisipasi terjadinya resesi pada ekonomi global.

"Jadi, tolong pak menteri, berikan pelayanan yang baik kepada mereka, dampingi mereka hingga terealisir. Ini sebuah solusi dan jalan keluar," tegas Jokowi.

Presiden meminta agar investor yang sudah membuka pintu ke Indonesia, segera dilancarkan upayanya investasi. Jokowi minta para menteri dalam seminggu ini mendata, termasuk permasalahan yang mengganjalnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun