Seorang lelaki asal Blora, Jawa Tengah, mempunyai kesukaan makan ikan asin. Ekariyana mengatakan ia kalau makan tidak ingin dengan lauk lain, kecuali ikan asin, ditambah sambal terasi.
Menurut lelaki berusia 46 tahun ini, dulu ia tidak tahu kalau ikan asin dapat menyebabkan kanker. Sejak didiagnosis kanker nasofaring pada 2014, ia berupaya menjalani pola hidup sehat. Eka mulai menghindari segala macam makanan yang mengandung garam, seumpama junk food, makanan instan, ikan/daging asap, dan minuman kemasan.
"Sekarang dalam satu tahun, saya makan ikan asin cuma satu kali, sedikit saja, buat ngobatin kangen," katanya.
Ya, Ikan asin yang menjadi salah satu favorit lauk bagi kebanyakan masyarakat kita ternyata dapat mendatangkan risiko kanker nasofaring dan stroke.
Cut Putrie Arianie, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan RI mengatakan selain ikan asin yang menyebabkan stroke dan kanker nasofaring dari garam serta bahan pengawetnya, risiko juga muncul dari makanan-makanan lain yang berasa asin.
Seperti halnya gula dan lemak, makanan yang mengandung garam masih bisa dimakan asal jangan berlebihan.
Putrie mengatakan kalau sudah makan ikan asin satu kali, jangan makan lagi. Kita harus menghindari makan terlalu banyak makanan yang mengandung garam karena berisiko timbulnya penyakit. "Saya juga suka ikan asin, tapi tidak sering," katanya.
Total asupan garam per hari tidak boleh melebihi 2.000 mg. Total ini terdiri dari garam dapur yang ditambahkan, dan makanan-makanan yang ada garamnya.
Jika Anda mengonsumsi ikan, ketahuilah kandungan garam di dalamnya serta proses pembuatannya. Putrie memberikan rumusan yang mudah diingat, yaitu 4P. 4P adalah penyedap, pemanis, pewarna, dan pengawet. 4P ini berisiko menyebabkan bermacam penyakit, seumpama kanker karena mengandung zat berbahaya.
Pernah saya membaca sebuah berita di Harian KOMPAS beberapa waktu lalu. Penyakit degeneratif seperti diabetes semakin bertambah di negeri kita seiring dengan semakin kuatnya daya beli masyarakat Indonesia.
Hal tersebut dapat saya pahami, karena penyakit degeneratif dapat muncul selain karena semakin bertambahnya usia seseorang, juga diakibatkan oleh gaya hidup yang bertentangan dengan prinsip kesehatan.
Dengan demikian, penyakit degeneratif seumpama diabetes atau pun hipertensi dapat juga menjangkiti mereka yang berusia muda. Saya punya kenalan seorang perempuan, usianya hampir 30 tahun, dia sering mengeluh terganggu kesehatannya, karena dia diklaim menderita hipertensi.
Hipertensi disebabkan karena terlalu banyak mengonsumsi asupan garam, baik garam natrium maupun garam dapur.
Garam natrium, atau disebut juga garam tersembunyi adalah kandungan garam yang ada dalam makanan yang dikonsumsi.
Beberapa penyebab munculnya penyakit degeneratif seperti diabetes atau pun hipertensi adalah pola makan yang salah dan kurang gerak.
Dapat dipahami, semakin kuatnya daya beli seseorang, mau tidak mau gaya hidupnya juga berubah. Mereka mulai mengonsumsi makanan-makanan nikmat yang mampu dibelinya. Seperti fast food, dikarenakan kesibukan dan sedikit waktu luang yang ada, mereka mudah saja membeli makanan-makanan seperti pizza, fried chicken, hamburger, sosis, dsb. Sekarang ini seperti yang sering kita lihat, marak banyak terdapat restoran hingga gerobak di pinggir jalan yang menjual makanan-makanan itu. Sayangnya produk-produk itu kurang berimbang, mereka mengandung natrium, sedikit vitamin, kurang serat, juga kandungan lemaknya. Hal itu bisa menjadi boomerang bagi pengonsumsi.
Makanan yang mengandung natrium lainnya adalah makanan kaleng seperti sarden atau kornet dan buah dalam kaleng. Makanan kaleng itu sebenarnya terbuat dari bahan-bahan yang segar, tapi perlu diperhatikan proses pembuatannya. Mereka sering ditambahkan garam supaya lebih awet nantinya. Buah dalam kaleng juga mengandung bahan pengawet natrium benzoat.
Makanan lain yang berisiko adalah bumbu penyedap masakan seperti MSG, saos tomat,saos sambal, tauco, petis, kecap, dan terasi.
Makanan seperti kue-kue, cake, cracker, atau biskuit juga dibuat dengan menambahkan garam.
Sementara ikan asin, ikan teri, ikan pindang, telur asin, manisan buah, asinan, daging asap, abon dan dendeng mereka diawetkan dengan garam.
Penderita hipertensi harus menghindari natrium, tapi sebaliknya mereka harus menambah asupan kalium. Kalium dapat membantu menurunkan tensi darah.Â
Adapun makanan yang mengandung kalium adalah buah-buahan dan sayuran. Buah-buah seperti tomat, alpukat, air kelapa, nangka, dan pisang mengandung kalium yang tinggi. Patut diperhatikan, bahan-bahan makanan yang dipotong kecil-kecil lalu dicuci pada air yang mengalir, berisiko menghilangkan kalium di dalamnya. Apabila Anda merebus makanan, air rebusannya jangan dibuang, karena air itu mengandung kalium.
Sementara itu, semakin kuat daya beli masyarakat dan seiring perkembangan teknologi, dapat dipahami mereka menjadi kurang gerak. Pindah channel TV, tinggal pencet remote sembari duduk, di mall sekarang sudah ada lift dan eskalator, bepergian dalam jarak dekat pun naik mobil, mesin cuci, dsb.
BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Kesehatan mengklaim pengeluaran kas BPJS untuk penyakit katastropik pada tahun 2018 adalah Rp 20,4 triliun, atau 21,7 persen dari seluruh pembiayaan kesehatan. Melihat data tersebut, jelas katastropik sangat membebani BPJS Kesehatan.
Kepala Balitbangkes Siswanto mengatakan kasus PTM (Penyakit Tidak Menular) terbanyak di Indonesia adalah stroke, jantung, dan diabetes melitus.
Menurut Siswanto pencegahan katastropik dapat dilakukan dengan Germas (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat), rajin gerak, diet sehat, menghindari asap rokok, cek rutin kesehatan, dan cukup istirahat.
Penyakit katastropik yang meliputi stroke, kanker, gagal ginjal, dan jantung. Merekalah yang membuat merana, karena menyebabkan kas BPJS defisit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H