Yayat Supriatna mengatakan publik tidak bisa menunggu LRT tuntas dibangun untuk mengurangi kemacetan. Yayat menyatakan kita belum punya solusi untuk mengatasi masalah kemacetan, kecuali dengan rekayasa lalulintas.
"Perpanjangan waktu ke seperti Asian Games dulu merupakan bagian dari skenario saat ketidakpastian tuntasnya pembangunan proyek-proyek besar seperti MRT," ujar Yayat.
Kendati sudah ada MRT, perpanjangan waktu ganjil-genap di sepanjang koridor MRT akan menjadi lebih hebat mengurangi.
Jika usulan penerapan kembali sistem ganjil-genap seperti Asian Games diterima, Pemprov DKI juga sudah memikirkan alternatif untuk pengendara yang terdampak. Solusi yang direncanakan itu adalah dengan memperbanyak armada bus Transjakarta pada jalan yang diberlakukan sistem ganjil-genap.
Yayat juga sudah mengantisipasi akan timbulnya orang-orang yang tidak suka dengan kebijakan seperti Asian Games. Orang-orang itu kata Yayat adalah mereka yang terpengaruh ekonominya karena kebijakan. Mengenai hal ini Yayat mengusulkan Pemprov DKI melakukan kerjasama dengan operator ojek online atau taksi.
Pada saat penerapan itu, para pemilik mobil bisa menyimpan saja mobilnya di rumah, lalu menggunakan fasilitas taksi online. "Pemilik mobil harus minta taksi online memberikan diskon gede-gedean saat mengantarkan mereka di saat ganjil-genap. Pemilik mobil dapat membuat semacam booking, atau janji diberikan diskon oleh taksi online," ujar Yayat memberikan solusi.
Yayat juga menerawang lebih jauh. Warga akan beralih menggunakan transportasi umum. Hal itu disebabkan, di saat jumlah kendaraan di Jakarta bertambah, tapi jalannya tetap saja, tidak bertambah.
Usulan BPTJ untuk menerapkan kembali seperti sistem Asian Games mendapat tanggapan dari Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Argo Yuwono. "Kalau itu sudah diteliti mengurangi kemacetan, kita sih oke saja. Yang punya kebijakan di sana (Pemprov DKI)," kata Argo, Kamis (11/7).
Patut diketahui, Pemprov DKI sebenarnya sudah berprestasi mengurangi kemacetan. Berdasarkan hasil survei TomTom Traffic Index, kota Jakarta berhasil menurunkan peringkat kota termacet sedunia menjadi peringkat ketujuh pada 2018. Hal ini berarti memperbaiki kemacetan, yang pada tahun sebelumnya berada di peringkat keempat. Patut dicatat, dari negara-negara lain, Jakarta lah yang mengalami penurunan yang terbesar.
TomTom Traffic Index memperoleh data-data tersebut dari GPS. Adapun kota juara paling macet di dunia saat ini dipegang oleh Mumbai, di India.
Apakah Anda setuju?