rokok sebagai penyebabnya.
Berita mengejutkan datang dari Kepala Pusat Data dan Humas Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) yang meninggal dalam usia 49 tahun karena penyakit paru-paru. Bagi Anda, yang sering melihat Sutopo Purwo Nugroho ketika muncul di media massa, tentu Anda sudah mengenalnya. Kanker paru yang diderita Sutopo santer dihubungkan denganKendati Sutopo bukan perokok aktif, dan ia tidak merokok, tetapi Sutopo sering sekali terpapar asap rokok dari lingkungan sekitarnya. Perihal berbahayanya orang yang terpapar asap rokok, memang sudah diketahui sebelumnya.
Hal tersebut dijelaskan oleh dr Frans Abednego Barus, SpP, dokter spesialis paru di Omni Hospital Pulomas, Jakarta.
Menurutnya, perokok aktif dan perokok pasif sama-sama memiliki risiko kanker paru.
Semakin banyak asap rokok yang terhisap, maka semakin besar pula risiko terkena kanker paru.
Menurut Frans, kanker paru termasuk jenis kanker yang paling mematikan. Peluang sembuh memang ada, akan tetapi bagi kanker paru stadium tinggi memiliki risiko penyakitnya semakin memburuk, bahkan berujung pada kematian. Jika melihat pada Sutopo, Sutopo memiliki kanker paru stadium 4.
"Stadium 4 kecil sekali kemungkinannya sembuh. Stadium awal punya peluang disembuhkan dengan cara kemoterapi dan operasi," ujarnya.
Kanker paru merupakan penyakit paling mematikan di antara penyakit-penyakit kanker lainnya, seperti kanker hati, perut, kolorektal (usus besar), dan payudara.
Kanker paru tercatat lebih banyak diderita oleh kaum lelaki. Tercatat ada sekitar 1,8 juta orang pengidap kanker paru yang meninggal pada tahun 2018. Mengapa kanker paru nyata sebagai kanker yang mematikan?
Penjelasan datang American Lung Association. American Lung Association menyebutkan karena stadium awal kanker paru ini sulit ditemukan. Tidak disertai gejala, kanker paru tumbuh bertahun-tahun, dan saat terdeteksi, kanker sudah menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Organisasi Kesehatan Dunia WHO mengatakan dalang utama penyebab kanker paru adalah rokok. Kanker paru menjadi yang terbanyak penyebab kematian ketimbang kanker lainnya. Sebanyak 22 persen disumbangkan kanker paru sebagai penyebab kematian akibat kankerÂ
Baik perokok aktif atau pasif menyumbang risiko terkena kanker paru 1 dari 15 pria, dan 1 dari 17 wanita. American Cancer Society mengatakan risiko lebih banyak terjadi pada perokok aktif.
Perokok pasif mempunyai risiko 20-30 persen terkena kanker paru, jika terpapar asap rokok di kantor, rumah, dan tempat lainnya.
Sedangkan berdasarkan jenis kelamin, perokok pria 23 kali terkena risiko kanker paru, sementara perokok wanita 13 kalinya.
Menurut American Lung Association, harapan hidup bagi stadium lanjut, dimana kanker sudah menyebar ke bagian tubuh lainnya, harapan hidup mereka cuma sebesar 5 persen. Setengah dari mereka meninggal dalam waktu satu tahun setelah terdeteksi. Angka presentase mereka yang terdiagnosa pada stadium awal sangat disayangkan, cuma 16 persen.
Jika dibandingkan dengan kanker lainnya. Harapan hidup 5 tahun ke depan untuk kanker paru adalah 18,6 persen. Sementara untuk kanker prostat 98,2 persen, dan kolorektal (usus besar) 64,5 persen.Â
Untuk paru yang sudah terdeteksi sejak dini, harapan hidupnya lebih baik, yaitu 56 persen.
Untuk tingkat dunia, WHO merilis kanker paru sebagai kanker terbanyak dari semua jenis kanker, yaitu 2,10 juta orang. Kanker paru di Indonesia - pria dan wanita - ada 8,6 persen dari semua jenis kanker, 31.000 kasus. GLOBOCAN Â mengatakan tahun 2018 kanker paru merupakan kanker terbanyak yang diderita lelaki di Indonesia dengan 23.000 orang (sekitar 14 persen).
Sementara, pembantu Presiden yang paling bertanggungjawab pada masalah kesehatan, Menteri Kesehatan Nila F Moeloek angkat bicara dan menyentil para perokok aktif, dengan mengatakan untuk membeli rokok puluhan ribu mereka bersemangat, tapi mereka malas membayar iuran kesehatan kepada BPJS. BPJS Kesehatan jelas-jelas bakal menjamin fasilitas kesehatan mereka.
Nina mengatakan itu pada acara Hari Tanpa Tembakau Sedunia di Gedung Prof Suyudi Kementerian Kesehatan, Jakarta Selatan, Kamis (11/7/2019), "Beli rokok sehari 60 ribu, iuran terendah BPJS 52.500 ribu per bulan. Rokok 1,8 juta kan setahun?" katanya.
Nila menjelaskan rokok lah aktor penyebab kanker dan jantung. Namun sangat disayangkan, perokok mengacuhkan begitu saja bahaya merokok ini.
Menkes menyebutkan 97 persen orang Indonesia terpapar asap rokok. Nyatanya, perokok pasif pun sama berisiko dengan perokok aktif. Menkes Nila mencontohkan apa yang dialami Kepala BNPB Sutopo Purwo Nugroho yang tidak merokok, tapi kanker paru karena asap rokok orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H