Baik perokok aktif atau pasif menyumbang risiko terkena kanker paru 1 dari 15 pria, dan 1 dari 17 wanita. American Cancer Society mengatakan risiko lebih banyak terjadi pada perokok aktif.
Perokok pasif mempunyai risiko 20-30 persen terkena kanker paru, jika terpapar asap rokok di kantor, rumah, dan tempat lainnya.
Sedangkan berdasarkan jenis kelamin, perokok pria 23 kali terkena risiko kanker paru, sementara perokok wanita 13 kalinya.
Menurut American Lung Association, harapan hidup bagi stadium lanjut, dimana kanker sudah menyebar ke bagian tubuh lainnya, harapan hidup mereka cuma sebesar 5 persen. Setengah dari mereka meninggal dalam waktu satu tahun setelah terdeteksi. Angka presentase mereka yang terdiagnosa pada stadium awal sangat disayangkan, cuma 16 persen.
Jika dibandingkan dengan kanker lainnya. Harapan hidup 5 tahun ke depan untuk kanker paru adalah 18,6 persen. Sementara untuk kanker prostat 98,2 persen, dan kolorektal (usus besar) 64,5 persen.Â
Untuk paru yang sudah terdeteksi sejak dini, harapan hidupnya lebih baik, yaitu 56 persen.
Untuk tingkat dunia, WHO merilis kanker paru sebagai kanker terbanyak dari semua jenis kanker, yaitu 2,10 juta orang. Kanker paru di Indonesia - pria dan wanita - ada 8,6 persen dari semua jenis kanker, 31.000 kasus. GLOBOCAN Â mengatakan tahun 2018 kanker paru merupakan kanker terbanyak yang diderita lelaki di Indonesia dengan 23.000 orang (sekitar 14 persen).
Sementara, pembantu Presiden yang paling bertanggungjawab pada masalah kesehatan, Menteri Kesehatan Nila F Moeloek angkat bicara dan menyentil para perokok aktif, dengan mengatakan untuk membeli rokok puluhan ribu mereka bersemangat, tapi mereka malas membayar iuran kesehatan kepada BPJS. BPJS Kesehatan jelas-jelas bakal menjamin fasilitas kesehatan mereka.
Nina mengatakan itu pada acara Hari Tanpa Tembakau Sedunia di Gedung Prof Suyudi Kementerian Kesehatan, Jakarta Selatan, Kamis (11/7/2019), "Beli rokok sehari 60 ribu, iuran terendah BPJS 52.500 ribu per bulan. Rokok 1,8 juta kan setahun?" katanya.
Nila menjelaskan rokok lah aktor penyebab kanker dan jantung. Namun sangat disayangkan, perokok mengacuhkan begitu saja bahaya merokok ini.
Menkes menyebutkan 97 persen orang Indonesia terpapar asap rokok. Nyatanya, perokok pasif pun sama berisiko dengan perokok aktif. Menkes Nila mencontohkan apa yang dialami Kepala BNPB Sutopo Purwo Nugroho yang tidak merokok, tapi kanker paru karena asap rokok orang lain.