Presiden minta Rini dan Jonan supaya waspada, karena rate yang besar. Di sektor migas masalahnya.
Presiden lebih lanjut mengatakan kalau kita hanya rutinitas, tapi tidak mau melihat tantangan-tantangan yang ada, sampai kapan pun kita tidak bisa mengatasi tantangan itu.
Jokowi meminta agar kerjasama antar tim kementerian yang harus terlebih didahulukan.
Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto menyatakan neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus, khusus di bulan Mei 2019, yaitu 210 juta dolar AS. Kendati boleh dikatakan tidak besar, surplus ya surplus.
"Ketimbang April, impor turun 5,62 persen. Ketimbang Mei 2018 turun juga 17,7 persen," kata Suhariyanto.
Namun, ya itu. Periode Januari sampai Mei 2019 secara keseluruhan masih defisit.
Periode lima bulan tahun ini non-migas surplus 1,60 miliar dolar. Sedangkan migas defisit 3,74 miliar dolar.
Jadi, ya, secara kumulatif, defisit 2,14 miliar.
Suhariyanto mengemukakan idenya untuk memperbaiki, dengan cara menggenjot perdagangan keluar berbasis non komoditas, tetapi produk hilirisasi.
Sementara itu, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, dalam laporannya yang diberikan kepada Menteri ESDM Ignasius Jonan menyatakan, sebenarnya impor migas Pertamina mengalami penurunan.
Nicke menyatakan impor LPG, product, dan crude turun 24 persen lima bulan pertama tahun ini dibandingkan lima bulan pertama tahun 2018. Tahun ini 7,3 miliar, sedangkan tahun 2018 9,6 miliar.