Suarez bahkan rela menjadi pahlawan lebih. Ia berbuat menurunkan berat badannya 3 kg supaya bisa tampil lebih maksimal sesudah dirinya operasi lutut. Untuk berkiprah di Copa America 2019. Alhasil, Uruguay malah gagal. Dirinya satu-satunya gagal mengeksekusi penalti, sehingga Uruguay tunduk dari Peru 4-5. Angan-angan Suarez pun melayang untuk mengangkat tiga trofi di tahun ini.
Peru, yang bahkan melaju ke perempatfinal ini dengan status sebagai peringkat tiga terbaik dari semua Grup di fase penyisihan. Mereka pula lolos ke empat besar.
Kegagalan Uruguay bakal dikenang dan bakal memunculkan peribahasa bahwa "status sebagai unggulan atau favorit bukan apa-apa di sepakbola". Uruguay tidak bisa melaju lagi ke empat besar dalam sewindu terakhir. Pada tiga edisi teranyar, 2019, 2015, dan 2011, Peru selalu melaju ke semifinal Copa America.
Kejutan apalagi yang mungkin terjadi di babak semifinal atau final?
Apakah akan terjadi pada Lionel Messi, rekan satu klub Luis Suarez di Barcelona?
Seperti diketahui, Argentina akan berhadapan dengan Brasil di semifinal antar negara raksasa pada 3 Juli dinihari WIB.
Lionel Messi diharapkan menjadi tumpuan negaranya bermain baik. Kedua tim raksasa penampilannya belum prima. Brasil harus menang lewat adu penalti di perempatfinal Copa America 2019. Sedangkan Argentina beruntung lolos ke delapan besar dengan kemenangan atas Qatar pada laga terakhir fase Grup.
Jelas, Lionel Messi sangat dibutuhkan untuk mengakhiri paceklik juara di ajang internasional.
Namun mengaca pada statistik, jika Anda percaya, Lionel Messi yang merupakan lima kali menyandang pemain terbaik dunia memiliki rekor buruk ketika berhadapan dengan Tim Samba Brasil.
Dari sembilan kali bentrok, Argentina bersama Lionel Messi cuma menang tiga kali melawan Brasil, kalah lima kali. Dan satu kali seri.
Dari tiga kemenangan atas Tim Samba, Lionel Messi cuma sekali bermain gemilang, yaitu pada laga ujicoba, Juni 2012. Argentina menundukkan Brasil 4-3, Messi mencetak hattrick.