Setelah menggantikan Lennart Johansson yang telah menjabat selama hampir 17 tahun sebagai Presiden UEFA, Platini kini yang berkuasa sebagai pimpinan tertinggi sepakbola Eropa dari 2007 sampai 2015.
Pada tahun 2015 Sang Raja mencalonkan diri untuk menjadi Presiden FIFA guna mengisi jabatan Sepp Blatter yang mengundurkan diri karena terlibat kasus korupsi. Tapi niat mencalonkan diri menjadi urung karena namanya santer terseret kasus suap pencalonan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022.
Sang Raja pun lantas mendapat sanksi tidak boleh ikut campur dalam dunia olahraga sampai 2023. Kini statusnya ditingkatkan menjadi tersangka. Jika terbukti bersalah, maka hidupnya akan berada di kegelapan. Mendekam di balik jeruji besi.
Sang Raja yang kariernya terus melesat, baik sebagai pemain maupun petinggi pimpinan sepakbola turun ke dalam kegelapan.
Selain penunjukan Qatar, polisi juga mencurigai dan akan menanyakan Platini terkait penunjukan Perancis sebagai tuan rumah Piala Eropa 2016.Â
Dan yang aneh, Qatar menjadi kontoversi, mengingat negara itu memiliki cuaca yang sangat panas. Dimana penyelenggaraan dijadwalkan pada Nopember - Desember 2022. Qatar pun dibenci tetangga-tetangganya di Teluk Arab karena dinilai mendukung terorisme.
Udara Qatar yang di atas 40 derajat Celcius dinilai membahayakan para pemain dan mereka yang akan berkunjung ke sana. Pertimbangan-pertimbangan di atas lantas memunculkan wacana agar mandat Qatar dicabut sebagai penyelenggara. Mereka ingin memindahkan ke negara lain.
Kalau benar FIFA menuruti kemauan mereka, negara mana saja yang layak? Beberapa pengamat menyebutkan negara-negara itu adalah Inggris, Amerika Serikat, Spanyol, Argentina, dan Belanda dengan alasan-alasan tertentu.
Apa jadinya, bersediakah FIFA mencabut mandat Qatar sebagai penyelenggara tuan rumah Piala Dunia 2022?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H