Lalu, apakah dalangnya orang yang sakit hati karena kalah dalam kontestasi politik?
Rencana aksi pembunuhan yang direncanakan pada saat aksi 22 Mei itu mendapat tanggapan dari kubu BPN (Badan Pemenangan Nasional) Prabowo-Sandi.
Juru bicara BPN Ahmad Riza Patria, mengatakan hanya orang gila saja yang berani berbuat kriminal seperti itu. BPN juga tidak yakin pada keterangan dari polisi yang menyebutkan ada kelompok yang merencanakan pembunuhan kepada empat petinggi nasional dan seorang pimpinan Lembaga Survei. Riza mengatakan tidak mungkin ada dari perusuh yang mempunyai nyali besar untuk melakukan pembunuhan cuma karena politik.
"Tidak mungkin karena berbeda haluan dan politik ada seseorang yang berniat membunuh," katanya.
Tahun politik.Â
Ditandai yang terutama adalah adanya Pemilu, baik Pilpres maupun Pileg 2019.
Tapi pesta demokrasi yang seharusnya menjadi pesta hak bangsa Indonesia, malah berdampak kepada kerusuhan serta tercerai berainya persaudaraan anak-anak bangsa.
Dan yang terakhir, tertangkap dan terungkapnya sesuatu yang berada di luar nalar kita. Rencana pembunuhan dengan motif politik yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Tahun politik sudah dimulai semenjak memasuki masa kampanye Pilpres dan Pileg. Dimana saat itu kita mendengar adanya istilah-istilah kampanye hitam, hoaks, dan juga sebaran fitnah untuk menjatuhkan lawan politik dengan segala cara.Â
Segala cara ini terus kontinyu berlangsung hingga sekarang. Kondisi panas politik lantas ditunggangi oleh para pembunuh bayaran. Mereka menciptakan suasana tidak damai dan keretakan bangsa.
Seharusnya, seusai pemilu, antar saudara sebangsa harus hidup rukun kembali, bersatu seperti dahulu.