Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kritikan atau Nyinyir?

19 Mei 2019   06:00 Diperbarui: 19 Mei 2019   06:10 988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Statistik teranyar yang dirilis Bank Indonesia, Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia hingga kuartal pertama 2019 mencapai lebih dari Rp 5.000 triliun.

Jumlah sebesar itu mengalami peningkatan per setiap bulan dan per triwulan nya. Utang itu terdiri dari utang pemerintah dan utang swasta. Dalam hal ini utang BUMN (Badan Usaha Milik Negara) termasuk ke hitungan utang swasta.

Rincian dan penyebab apa saja sehingga utang kita membengkak.

Enny Sri Hartati, ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menilai peningkatan jumlah tersebut sudah termasuk berbahaya karena tidak diimbangi dengan produktivitas.

"Ya, jelas bahaya karena produktivitas tidak meningkat," jelas Enny.

Enny mencontoh pertumbuhan ekonomi yang stagnan di angka 5%. Kendati tumbuh, tapi dengan asumsi tanpa adanya peningkatan utang pemerintah.

"Ratu Pencetak Uang". Julukan ini lantas yang dicecar lawan politik. Salah satunya dari mantan Menteri Koordinator Kemaritiman, Rizal Ramli.

Rizal Ramli melontarkan sindirannya, utang Indonesia bertambah Rp 347 triliun setahunnya. Ini berarti sehari Rp 1 triliun.

Dalam Twitternya, Ramli juga menulis dipuja-puja kreditor, memberikan bunga tertinggi di Asean. Kok prestasi tertingginya ngutang?

Cuitan yang tayang pukul 14.08 WIB itu di like sampai 3.361 dan di retweet sejumlah 2.065.

Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan, Nufransa Sakti membela bahwa tingkat rasio utang masih di bawah 30% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). "Masih tergolong rendah," katanya. Sebab batas yang ditetapkan pemerintah 60% terhadap PDB.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun