"Kalau Pilpres dinilai curang, berarti Pileg juga curang," kata Dedi Mulyadi, Ketua Tim Kampanye 01 Jawa Barat.Â
Kalau dia (Prabowo) menolak hasil pilpres, berarti dia juga menolak hasil pileg. Kalau Prabowo menolak hasil pilpres maka konsekuensinya hasil pileg dari tingkat pusat sampai ke bawahnya ditolak juga.
Penolakan menurut Dedi akan menjadi boomerang, dimana Partai Gerindra memperoleh peningkatan jumlah suara yang luar biasa di pemilu 2019 ini. Jadi Prabowo menolak semuanya.
Ketua DPD Golkar Jawa Barat ini mempertanyakan konsekuensi Prabowo dan parpol pendukung sehubungan hasil pemilu 2019. "Harus konsisten, kalau menolak, berarti menolak juga hasil suara DPD dan legislatif. Tidak bisa sepotong-sepotong," kata Dedi, Rabu (15/5/2019).
Dedi Mulyadi sendiri sangat potensial untuk lolos dan mengumpulkan suara terbanyak calon legislatif DPR RI dari Jawa Barat.
Mantan Bupati Purwakarta ini dilansir memperoleh suara terbanyak Partai Golkar di Jawa Barat pada Pemilu 2019. Dari penghitungan suara PPK (panitia pemilihan kecamatan) Dedi merengkuh sekitar 206.000 suara.
Dedi Mulyadi dilahirkan di Kabupaten Subang, Jawa Barat, pada 11 April 1971. Dedi merupakan putra bungsu dari sembilan bersaudara.
Dedi kuliah di Sekolah Tinggi Hukum Purnawarman, Purwakarta.
Dedi memang sudah aktif berorganisasi sejak di bangku kuliah.
Dari karier yang dimulainya sebagai Ketua Umum HMI Cabang Purwakarta, terus Wakil Ketua DPC Federasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (FSPSI) pada 1997. Lalu pada 1998 diangkat menjadi Sekretaris Pimpinan Pusat Serikat Pekerja Tekstil, Sandang dan Kulit Serikat Pekerja Seluruh Indonesia pada 1998.
Adapun karier politik Dedi diawali dengan menjadi anggota DPRD Purwakarta dari Golkar pada 1998.