Bulan Ramadhan di Indonesia berbarengan proses memasuki tahap-tahap akhir perhitungan suara Pemilu 2019.
Berpuasa bukan sekedar melatih diri menahan nafsu untuk makan dan minum sebulan penuh. Puasa juga melatih kemampuan untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak berkenan kepadaNya.
Puasa mengajarkan seluruh indera kita untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak baik. Menahan lapar dan dahaga di bulan Ramadhan membina indera kita guna menaruh peduli terhadap mereka yang kurang beruntung.
Kemampuan berpuasa melatih kita memiliki akhlak yang lebih mulia, tercermin dari perilaku kita yang menyebarkan kedamaian kepada sesama dan lingkungan lainnya.
Nabi Muhammad SAW mengajarkan manusia berpuasa dengan tidak melakukan perilaku yang merugikan sesama seperti memfitnah, mengadu domba, melakukan sumpah bohong, bergunjing, dan berdusta.
Di situlah arti penting merenungi lagi makna asasi dari puasa saat Indonesia dilanda sekian banyak hoaks yang menebar berita bohong di media.
Tak sedikit mereka yang menghembuskan hoaks tersebut berasal dari kalangan elit terdidik yang dengan sengaja untuk tujuan tidak baik. Mereka tidak bisa untuk berpikir panjang, serta sangat memprihatinkan.
Seharusnya penebar hoaks elit terdidik itu bersikap kritis kepada informasi yang diterima.
Indonesia dipuji bangsa-bangsa lain karena berhasil melewati pemilu dengan damai dan kini sedang memasuki tahap-tahap akhir. Di tengah kedukaan kita pada meninggalnya sekitar 400 petugas KPPS dalam tugasnya mengawal penghitungan suara, muncul isu dari pihak tertentu tentang adanya kecurangan dalam penghitungan suara.
Segala perbedaan yang muncul, kita berharap dapat diatasi dan diselesaikan dengan adil, bijaksana, saling menjaga ketulusan dan saling menghargai. Di bulan suci ini, diharapkan semua pihak dapat menahan diri.
Kedua capres yang saling berkompetisi dalam Pilpres boleh berbeda pandangan. Sembari menanti hasil hitung resmi dari KPU seperti yang sering dicanangkan oleh bapak Jokowi. Awal Ramadhan 1440 Hijriyah yang telah ditetapkan oleh hilal Kementerian Agama permulaan Ramadhan 1440 Hijriyah adalah pada Senin, 6 Mei 2019.
Sembari kedua kontestan Pilpres 2019 menanti tahap-tahap akhir Pemilu, Jokowi dan Prabowo menyampaikan sambut mengawali Ramadhan.
Melalui akun Twitter-nya, Jokowi mengawali bulan puasa bahwa puasa itu menahan diri daripada keinginan duniawi, merasakan derita orang yang kurang beruntung, melawan hawa nafsu buruk. Presiden Jokowi juga menjelaskan mengenai makna dari berpuasa di bulan Ramadhan.
"Juga untuk mendapatkan pahala berlipat ganda," kata Jokowi di Twitternya, Minggu (5/5/2019).
Selain Kementerian Agama, dua ormas Islam di Indonesia yaitu Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama sama-sama menetapkan awal Ramadhan 1440 Hijriyah  adalah Senin, 6 Mei.
Sementara itu kontestan Prabowo Subianto juga merekat sambut dengan mengucapkan Selamat Menjalankan Ibadah Puasa. "Marhaban Ya Ramadhan," tulis Prabowo di instagramnya.
Beberapa kalangan, terutama dari pihak politik mereka menghimbau agar memaknai Ramadhan ini dengan saling menahan emosi dan hawa nafsu buruk untuk damai negeri. Indahnya Ramadhan.
Bulan seribu bulan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H