Munggah berarti naik atau meningkat. Hal ini mengingatkan kita agar meningkatkan kebaikan di bulan suci.
Tradisi Munggahan bagi masyarakat Sunda, bukan saja hanya sekedar makan-makan dan berkumpul dengan sanak saudara, keluarga, atau kerabat. Tapi yang pasti terjadi peningkatan dalam kualitas ibadah mereka.
Munggahan sendiri terdiri dari dua macam, yaitu Munggahan Darajat dan Munggahan Adat.
Munggahan Darajat adalah peningkatan ketakwaan dan ibadah bagi mereka di bulan suci yang menjelang tiba.
Hal ini bisa dicontohkan, yang biasanya malas atau tidak ibadah, maka dengan tibanya bulan suci, jadi beribadah.
Munggahan Adat adalah adanya perubahan atau peningkatan adat atau kebiasaan. Kalau biasanya seseorang makan hanya dengan tempe, maka sekarang mereka makan dengan telur.
Munggahan, selain untuk makan-makan, juga sebagai sarana saling memaafkan menyambut bulan suci. Makan-makan antar keluarga atau kerabat anggap saja sebagai makan terakhir, karena besok puasa...
Seorang budayawan, Franz Limiart mengatakan tradisi Munggahan ini sudah turun-temurun, sebagai salah satu acara menyambut bulan puasa.
Keramasan
Keramas atau kuramas dalam dialek Sunda diartikan sebagai mandi besar.
Masyarakat di sana membersihkan diri dengan mandi dan bertaubat untuk menyucikan diri lahir dan batin. Mereka membasuh kepala dengan sempurna.