Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Prabowo atau Jokowi Harusnya Bangga

29 April 2019   05:00 Diperbarui: 29 April 2019   06:04 1387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Garis keras itu adalah fanatik, kesetiaan yang tinggi, itu term politik, itu tidak dilarang. Seperti ada istilah garis moderat, itu kan tidak haram," kata Mahfud MD.

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu memberi penjelasan sehubungan adanya tanggapan dari kubu BPN Prabowo Sandi tentang apa yang dikatakannya bahwa Prabowo Sandi unggul di wilayah-wilayah Islam Garis Keras.

Omongan Mahfud MD yang diunggah dalam video berdurasi 1 jam 20 menit mengatakan bahwa Prabowo menang di daerah-daerah Islam Garis Keras. Sama saja juga Jokowi menang di daerah PDI-P.

Video Mahfud MD yang muncul di Twitter, Minggu pagi (28/4/2019) berisi narasi Mahfud MD yang mengatakan kemenangan Jokowi sulit untuk dibantah lagi.

Mahfud MD juga mengingatkan para petinggi politik agar segera rekonsiliasi, sebab Jokowi sudah menang atas Prabowo.

"Kemarin suasana panas, masyarakat menjadi bingung. Kalau Jokowi menang, ya, menang. Sulit untuk dibalik kemenangannya," demikian Mahfud.

Mahfud mengatakan Prabowo menang di daerah keras secara agama. Disebutkannya daerah itu Sumatera Barat, Aceh, Sumatera Selatan, dan Jawa Barat.

Dan sebaliknya, tentu Jokowi kalah di provinsi tersebut.

"Rekonsiliasi penting, agar kita bersatu sebagai bangsa. Dengan bersatu bangsa akan maju," kata Mahfud MD.

Ucapan mantan Ketua MK itu lantas mendapat tanggapan dari anggota BPN. 

Minggu (28/4/2019) Koordinator Juru Bicara BPN Dahnil Anzar Simanjuntak mengkritik ucapan Mahfud lewat Twitter bahwa ucapan Garis Keras itu upaya Mahfud MD untuk memecah belah dan penuh kebencian.

"Bagaimana mungkin Mahfud MD yang penggerak Suluh Kebangsaan mengatakan seperti itu, Sumbar, Aceh, Jabar, Sumsel sebagai wilayah Islam Garis Keras," 

Dahnil menilai sikap Mahfud MD sebagai seorang yang tidak Pancasilais dengan mencap kelompok lain yang tidak satu garis politik. "02 unggul di wilayah Islam Garis Keras?"

Kubu BPN lain, Fadli Zon mengatakan ucapan Mahfud MD itu sebagai bodoh, tak bermutu, dan ngawur.

"Omongan Mahfud MD asal-asalan, dan telah keluar jalur," kata anggota Dewan Pengarah BPN itu.

Adapun Andre Rosiade, Jubir BPN, yang memang berasal dari Sumatera Barat menjelaskan kenapa orang Minang tidak memilih Jokowi. Menurut Andre yang menceritakan bahwa dirinya berlatarbelakang dan pernah sekolah di sekolah Katolik, karena di era kepemimpinan Jokowi harga-harga mahal. Andre mencontohkan harga mahal itu mulai dari harga pupuk, listrik, sembako. Juga menurutnya mencari pekerjaan sulit, ekonomi juga sulit.

Di tanah Minang ini, Prabowo memang menang telak atas Jokowi. Andre, caleg DPR dari dapil 1 Sumatera Barat itu menyatakan kekalahan Jokowi di tanah Minang tidak ada kaitannya dengan agama.

Dalam Twitternya, Andre mengatakan bahwa orang Minang memang taat beragama, tapi bukanlah garis keras seperti yang dituduhkan Mahfud MD. Orang Minang adalah umat Islam, tapi saling toleransi dan rukun dengan yang lainnya.

Berdasarkan hasil hitung cepat, wilayah Sumatera memang dikuasai oleh Prabowo. Dan yang paling mencolok adalah wilayah Sumatera Barat, disusul Bumi Rencong Aceh, Sumatera Selatan, Riau, dan Jambi.

Jika Prabowo telak di Sumatera Barat, maka Jokowi menang mencolok di Provinsi Bali dengan 93,9 persen, disusul wilayah NTT, cenderawasih, Minahasa, dan Jawa.

Jika ada orang yang menyatakan bahwa Prabowo menang di Provinsi ini, di daerah itu. 

Atau sebaliknya, Jokowi menang di Provinsi ini, menang di daerah itu. Lalu orang menganalisa mengapa terjadi demikian, anggaplah itu sebagai suatu kebanggaan bahwa kedua Capres, masing-masing disukai di wilayah tersebut.

Prabowo bangga disukai di Sumbar, Aceh, Jawa Barat, dsb. 

Sedangkan Jokowi bangga disukai di Bali, Papua, dsb.

Bukankah demikian adanya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun