Quick count ataupun real count capres dan cawapres lebih banyak menyita perhatian media massa koran, televisi, on line, ketimbang perhitungan suara Pileg 2019 ini.
Masyarakat jangan begitu saja mendengar klaim sementara pihak tertentu yang menyatakan dirinya menang, baik di Pilpres maupun Pileg. Diharap bersabar menunggu resmi dari KPU nanti.
Kubu Prabowo sempat mengklaim menang, dan sudah bersujud syukur atas sukacitanya.
Tenggelam di antara quick dan real count Pilpres, penghitungan suara Pileg hingga jam 24.00 Jum'at (19/4/2019) WIB.
Data dari 14.019 TPS atau sekitar 1,97 persen dari keseluruhan TPS yang ada, dihasilkan enam besar peraih suara terbanyak. Dimana juara pertama dipegang oleh PDI Perjuangan dengan 21, 34 persen, diikuti oleh Golkar dengan 14,01 persen.Â
Tempat ketiga oleh Gerindra dengan 12, 21 persen.
Tempat keempat, kelima, dan keenam dimiliki oleh Partai NasDem dengan 10,84 persen, PKB dengan 9,16 persen, dan PKS dengan 8,87 persen.
Sementara itu menanggapi hasil rekapitulasi, berbagai ormas serta para tokoh agama menyerukan kepada seluruh simpatisan kedua kubu yang bertarung di Pilpres 2019 agar tetap tenang, tidak tersulut emosi serta provokasi yang bakal memecah belah persatuan bangsa.
Para tokoh tersebut menghimbau agar masyarakat menunggu hasil resmi penghitungan dari KPU.
Beberapa ormas Islam bersepakat, di antaranya yang terutama dapat disebutkan adalah LPOI (Lembaga Persahabatan Ormas Islam), MUI (Majelis Ulama Indonesia), Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU) dll.
Ketua Umum PP Muhammadiyah mengatakan daripada pihak yang tidak puas menyetir massa untuk kekacauan, mendingan mereka menyelesaikan segala sengketa yang ada lewat jalur hukum.
Senada seperti apa yang dihimbau Rabithah Alawiyah, organisasi Islam para habib se Indonesia.
Pengamat politik Veri Muhlis menyatakan pandangannya mengenai hasil quick count.
Muhlis mengatakan bahwa kedua kubu yang bertarung keduanya sama-sama tidak puas pada kenyataannya.
Kubu Jokowi tidak puas karena capaian suaranya tidak mencapai 60 persen. Sedangkan kubu Prabowo tidak puas lantaran tidak mencapai setengah dari total.
Mengenai rumor yang beredar bahwa Prabowo unggul di penghitungan suara, Sekjen Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menilai bahwa Prabowo memanas-manasi situasi politik.
Bahkan Raja Juli Antoni "menghibur" Prabowo agar legowo, menerima kenyataan akan kekalahannya.
Antoni memberikan contoh pada partainya.
Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang gagal untuk menempatkan wakilnya di Senayan nanti menerima hasil apa adanya.
Perolehan suara PSI hanya 3 juta atau sekitar 2 persen dari keseluruhan. Ini berarti tidak memenuhi syarat bagi partai peserta Pileg untuk menempatkan kadernya di Senayan, yaitu minimal 4 persen dari keseluruhan.
Ketua Umum PSI, Grace Natalie, dalam keterangan tertulisnya yang berjudul "Setelah Kami Kalah" Rabu (17/4/2019) mengatakan bahwa PSI tidak akan berada di Senayan untuk lima tahun ke depan.
Grace Natalie menerima dengan legowo kehendak rakyat.
Grace juga menyatakan penyesalan yang timbul dengan tetesan air mata dan keringat yang luluh selama membangun dan memperjuangkan Partai Solidaritas Indonesia. Namun seluruh kader PSI sudah bekerja luar biasa untuk memikat.
Itulah seruan yang dihimbau sekjen PSI Raja Juli Antoni agar Prabowo legowo dengan apa yang ada, jadikan Ketua Umum PSI sebagai contoh tauladan, legowo Prabowo!
Jika Anda ingin mengetahui siapakah nantinya yang masuk dalam empat besar perolehan suara kader partai peserta Pileg 2019 kita bisa mengaca kepada "efek ekor jas".
Kendaraan politik para capres cawapres peserta Pemilu 2019.
PDI P partai Jokowi, Partai Gerindra Prabowo, dan PKB Ma'ruf Amin masuk dalam persaingan partai-partai besar yang sangat potensial ke Senayan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H