Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Daya Tahan Tubuh Dapat Mencegah TBC

27 Maret 2019   06:00 Diperbarui: 27 Maret 2019   08:39 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia merupakan negara ketiga di dunia dengan kasus TBC terbanyak di dunia setelah India dan Cina.

Di Indonesia diperkirakan terdapat 842.000 orang penderita TBC. Data 2017 menyebutkan ada 107.000 meninggal karena TBC di Indonesia, atau 40 orang per 100.000 penduduk.

TBC merupakan salah satu jenis penyakit yang menular. Padahal, TBC dapat dicegah.

TBC disebabkan oleh kuman yang diberi nama mycobacterium tuberculosis.

Penularan penyakit ini terjadi saat pasien batuk atau bersin. Droplet yang berukuran sangat kecil - kurang dari lima mikron - yang dikeluarkan saat batuk dapat melayang-layang di udara. Penularan terjadi saat droplet tersebut terhirup oleh penerima.

"Saat batuk atau bersin, pasien dihimbau untuk menutup mulut dan hidung dengan tisu, saputangan, masker, atau lengan," kata DR. Dr. Erlina Burhan, M.Sc., Sp.(K), staf pengajar Departemen Pulmonologi dan Respirologi FKUI/RSUP Persahabatan di Jakarta, Senin (25/3/2019) di jumpa pers dalam rangka memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia yang jatuh tanggal 24 Maret setiap tahunnya.

Di masyarakat ada stigma yang mengatakan bahwa TBC adalah kutukan atau sebagai hasil dari guna-guna. Padahal tidaklah demikian. Pasien TBC dapat disembuhkan asalkan si pasien disiplin berobat sampai tuntas. Minimal sembuh bagi pasien TBC adalah enam bulan.

Banyak terjadi, setelah si pasien berobat selama dua - delapan minggu dirinya sudah merasa sehat. Adapun si pasien sudah merasa tidak ada keluhan lagi, tidak ada lagi batuk yang berdarah, serta berat badannya mulai naik.

Mesti diingat, kuman TBC belumlah mati. Ia hanya tertidur.

Inilah alasan dr. Erlina yang mengatakan bahwa minimal pasien TBC sembuh adalah enam bulan.

Tadi dikatakan bahwa pasien TBC itu terserang kuman mycobacterium tuberculosis. Namun bila daya tahan tubuh seseorang memang kuat, kuman mycobacterium tuberculosis akan malu. Untuk memperoleh daya tahan tubuh kuat tersebut dianjurkan agar Anda menerapkan gaya hidup sehat, umpamanya istirahat yang cukup, jauhi rokok, dan konsumsilah makanan bergizi.

Kuman TBC ketakutan bila terkena sinar matahari. Berjemur di bawah sinar matahari akan membuat kuman keteteran.

Dianjurkan pula untuk membuka jendela dan pintu agar sinar matahari dapat masuk.

Apabila daerah yang padat dimana sinar matahari sulit masuk, di sinilah kuman TBC bersuka ria.

Ditambah dengan lingkungan yang buruk seperti polusi udara, maka ini akan mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang. Jadi, pasien TBC disarankan untuk tinggal di lingkungan yang sehat.

Dampak buruk dari pasien TBC adalah mereka bisa dikucilkan dari pergaulan masyarakat. Juga penghasilan yang diterimanya saat itu dapat berkurang atau hilang karena tidak dapat bekerja.

Pasien juga menjadi tidak leluasa berhubungan dengan keluarganya.

Ada stigma di masyarakat bahwa segala sesuatu milik pasien TBC harus disingkirkan jauh-jauh. Umpamanya handuk, tempat tidur, piring, sendok, dsb.

Dr. Erlina mengatakan bahwa stigma tersebut harus dibuang jauh-jauh. Karena menurut Erlina, TBC tidak menular lewat barang-barang milik si pasien, tapi lewat percikan darah yang mengandung kuman.

Erlina mengatakan persoalan TBC bukanlah hanya terkait dengan medis. Untuk membebaskan Indonesia dari penyakit ini, semua pihak berkewajiban mendukung upaya pemberantasannya.

Menurut Erlina lagi, pasien bisa saja enggan balik lagi berobat karena tidak adanya dukungan dari masyarakat dan keluarga.

Dr Erlina menyatakan juga bahwa TBC adalah masalah bersama, semua pihak harus turut serta, infrastruktur kesehatan harus merata sampai ke pelosok. Pihak perusahaan, kampus atau sekolah harus memberikan kelonggaran ijin untuk berobat.

Terlebih para kader di kelurahan dan PKK juga harus aktif, selain masyarakat yang menemukan kasus baru.

"Kerjasama semua pihak harus masif, bukan saja tugas layanan kesehatan," kata Ketua Pokja Directly Observed Treatment, Short-course (DOTS) dan TB-MDR RSUP Persahabatan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun