Bulan Nopember 2018 lalu, sesosok bangkai ikan paus mati terdampar di pantai Kapota, Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Yang mengejutkan, di dalam bangkai yang sudah membusuk itu ditemukan sebanyak 6 kg sampah di perutnya.
Sampah di dalam perut paus itu didominasi oleh plastik.
Mengapa paus makan plastik? Hal ini dapat dijelaskan, karena paus suka sekali makan ubur-ubur. Nah, karena plastik yang bening mirip ubur-ubur, maka paus mengira itulah makanannya, paus pun melahap si plastik bening.
Adapun 6 kilogram isi perut paus yang ditemukan sudah membusuk itu terdiri dari tali rafia 3260 gram, karung nilon 200 gram, sandal jepit 2 potong, serpihan kayu 740 gram, kantong plastik 260 gram, botol plastik 150 gram, plastik keras 140 gram, dan gelas plastik seberat 750 gram.
Itulah penyebab paus mati, kendati bangkai paus sudah sangat membusuk, sehingga sulit diamati.
Kasus paus mati karena makan plastik yang teranyar adalah ditemukannya bangkai yang terdampar di perairan Filipina, pada Sabtu(16/3/2019). Ahli biologi kelautan dari D'Bone Collector Museum di Davao City sangat terkejut, di dalam perut paus ditemukan 40 kg plastik (16 karung beras, 4 plastik perkebunan, dan tas belanja) yang menyebabkan kematian sang paus. Paus itu mati karena gastric shock karena melahap semua plastik.Â
D'Bone Collector Museum menghimbau pemerintah untuk segera mengambil langkah-langkah untuk masalah tersebut.
Tahukah Anda bahwa sekitar 1,1 - 8,8 juta metrik ton sampah plastik setiap tahunnya mengotori lautan? The Guardian mengatakan jutaan botol plastik diperdagangkan/dibeli setiap menit di seluruh dunia, angka tersebut diperkirakan meningkat sampai 20 persen pada tahun 2021.
Patut Anda ketahui bahwa sampah plastik sangat sulit terurai. Dan jika Anda membuang sampah plastik, maka plastik itu akan berakhir di laut.
Itulah sebabnya, hewan di laut terancam kehidupannya.
Banyaknya paus mati karena menelan plastik, jelas plastik sangat membahayakan. Namun bukan saja buat hewan, plastik juga berbahaya bagi manusia.