Perayaan Tahun Baru Saka 1941 tahun ini memiliki makna lebih khusuk karena bersamaan dengan bergulirnya tahun politik.
Tahun ini terdapat tiga suasana hikmat. Selain Nyepi, umat Katolik melaksanakan pantang dan puasa menjelang Paskah. Dan hikmat yang ketiga adalah pesta demokrasi Pemilihan Umum serentak pada 17 April 2019.
Pengendalian diri sangat krusial agar tidak terjadi saling pertentangan di tahun politik ini. Hari Raya Nyepi dan masa Pra Paskah merupakan masa penting untuk sekedar menarik diri dari hiruk-pikuk dan sibuk tahun politik.
Hikmat pula untuk merekam jejak para wakil rakyat maupun Presiden dan Wakil Presiden yang akan mewakili dan memimpin bangsa Indonesia kelak demi kelanjutan masa depan nusantara.
Semua untuk keadilan dan kesejahteraan bersama.
Rakyat diberikan kesempatan mempergunakan hak demi memilih wakilnya yang akan duduk di DPR, DPRD, ataupun DPD dan menentukan pilihan pada pemimpin mereka yaitu Presiden dan Wakil Presiden.
Namun perlu ditelisik sejauh mana para calon wakil dan pemimpin yang akan dipilih itu mempunyai komitmen baik. Baik komitmen untuk mensejahterakan masyarakat, komitmen terhadap Pancasila, komitmen terhadap eksistensi bangsa dan negara, komitmen terhadap "wong cilik", komitmen pada hak asasi manusia, dan komitmen pada anti korupsi.
Dengan hikmat Nyepi diharapkan agar para petinggi politik dan tim sukses dapat tetap mengendalikan diri. Diharapkan pula masyarakat pemilih tidak secara membabi buta mendukung atau membenci para calon wakil dan pemimpin kelak.
Para calon wakil dan pemimpin itu juga adalah manusia biasa yang memiliki hasrat membawa bangsa Indonesia yang lebih baik.
Selamat Hari Nyepi Tahun Baru Saka 1941 bagi umat Hindu dan yang merayakannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H