Liverpool masih kokoh di puncak tabel Premier League, saingan terdekat mereka adalah Manchester City sebagai runner-up.
Matematis, Liverpool punya peluang besar keluar sebagai juara Premier League. The Reds menjadi raja terakhir kali di Liga Inggris pada musim 1989/1990.
Kendati begitu, kiper Si Merah, Simon Mignolet menyatakan bahwa tidak satu pun para punggawa Liverpool yang mau berbicara soal gelar juara Premier League, masih tersisa 14 laga yang harus dimainkan.
Meski masih jauh, menurut Mignolet para punggawa The Reds sangat berambisi mereguk Piala. The Reds sudah 29 tahun tidak memegang trofi.
Mignolet menambahkan, bukan hanya skuad, tapi semua pendukung Liverpool sangat haus akan gelar juara.
Sebelum bentrok Leceister City, Liverpool menang dua kali sejak kalah dari Manchester City.
Kebobolan tiga gol ketika menghadapi Crystal Palace pekan lalu, Juergen Klopp harus mewaspadai lini belakangnya. Juergen Klopp harus membenahi barisan pertahanan. Klopp akan main defensif?
Turun di Anfield, Liverpool sudah memenangkan 11 dari 12 pertandingan terakhir di Liga Inggris, sementara Leicester City menang sekali dan kalah tiga kali dari empat laga terakhir di Liga Inggris.
Skor 4-3 adalah skor yang sama dari kedua tim di laga sebelumnya di Liga Inggris. Pada 19 Januari 2019, Mohamed Salah dkk menang 4-3 melawan Crystal Palace, sedangkan Manchester City dikalahkan Wolverhampton Wanderers juga dengan 4-3.
James Milner tidak dapat diturunkan Klopp karena akumulasi kartu kuning ketika melawan Crystal Palace.
The Reds selalu memenangi tujuh laga sebelumnya di Liga Inggris di Anfield.
Kendati James Milner tidak bisa main, serta beberapa punggawa lain cedera, Liverpool melakoni laga pekan ke 24.
Namun, Liverpool tidak memenangkan laga yang kedelapan kalinya.
Laga yang digelar di kandang Si Merah pada Kamis (31/1/2019) dinihari WIB, Liverpool cuma bisa bermain seri melawan Leicester City.
Sadio Mane membuat Liverpool unggul cepat di awal laga babak pertama. Tancap gas The Reds membuahkan hasil, ketika laga babak pertama belum bergulir tiga menit. Sadio Mane menjebol gawang The Foxes yang dikawal Kasper Schmeichel.
Sebagai unggulan juara, gol cepat dari Mane membuat Si Merah bermain kurang bersemangat. Para punggawa kesulitan mengobrak-abrik pertahanan The Foxes.
Kelengahan Salah dkk dimanfaatkan. Di menit ke 25, Alisson melakukan blunder yang mengirimkan crossing diarahkan ke Albrighton, si kulit bundar lantas diheden oleh Maddison dari dalam kotak penalti. Tapi masih melenceng.
The Reds kudu membayar mahal akan penampilan yang kurang semangatnya. Maguire mencocor bola masuk ke gawang Liverpool di menit terakhir babak pertama. Maguire memanfaatkan umpan heden yang diberikan Ben Chilwell. Di injury time.
Hingga jeda skor 1-1.
Skor 1-1 itu tetap bertahan hingga wasit meniup peluit panjang tanda laga berakhir.
The Foxes pun mampu menahan selisih poin yang lebih banyak, Liverpool hanya menambah satu poin, terpaut lima poin dari Manchester City di peringkat kedua Liga Inggris.
Menahan imbang Liverpool, sekaligus memperpanjang notasi positif dari pelatih Si Rubah, Claude Puel. Claude Puel menjadi momok bagi The Reds.
Tak cuma di negeri Ratu Elizabeth, juga saat Claude Puel melatih Olympique Lyon.
Olympique Lyon menang tiga kali, seri empat kali dan cuma kalah dua kali atas Liverpool dari sembilan sua. Olympique Lyon membobol delapan gol dan kebobolan tujuh gol.
Ketika melatih Southampton, bahkan pasukan Claude Puel tak pernah kalah dari empat sua. Dua kali menang 1-0, dan dua kali imbang tanpa gol.
Di babak penyisihan Champions League 2009, Olympique Lyon menang 2-1, dan seri 1-1.
Saat melatih The Foxes, seri 1-1 dan dua kali kalah masing-masing dengan 1-2.
Ternyata, Si Rubah yang sempat dijuluki "The Giant Killer" ini mampu juga memaksa kandidat juara Liverpool hanya menambah satu poin. Si Rubah memang selalu menyulitkan jika bermain melawan tim-tim papan atas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H