Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Semua Pihak Harus Mendukung Membersihkan Borok Olahraga

5 Januari 2019   04:04 Diperbarui: 5 Januari 2019   08:45 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
backgroundcheckall.com

Ditangkapnya empat orang tersangka kejahatan kasus pengaturan skor, masing-masing Johar Lin Eng, alias Tjan Lin Eng, Dwi Irianto, Priyatno, dan Anik Yuni Artikasari menjadi ramai dibicarakan serta dibahas di media massa, online, percakapan "warung kopi", maupun perbincangan antar teman dan kenalan.

Mereka ditangkap Satuan Tugas Antimafia Bola yang dibentuk pada 21 Desember 2018.

Keempat orang tersangka ditangkap berdasarkan laporan dari Manajer Persibara Banjarnegara Lasmi Indaryani kepada kepolisian RI tentang adanya tindak pengaturan skor di Liga 3 dan 2.

Untuk menangkap tersangka lain yang diduga melakukan tindak match fixing ini, Satgas Antimafia Bola juga telah memeriksa dan menanyai sejumlah para petinggi di lingkungan sepakbola. Satgas pun kini mulai menyelidiki para pemain, wasit, akun media yang diduga berkaitan atau mengetahui dan terlibat dalam kasus pengaturan skor.

Tindakan Satgas Antimafia Bola pun mendapatkan sambutan dan dukungan dari berbagai pihak. Para pengurus PSSI pun pada prinsipnya siap berkooperatif dengan Satgas.

Di harian KOMPAS terbitan Jum'at, 4 Januari 2019, di situ seorang pembaca harian tersebut menulis dan dimuat dalam kolom "Surat Kepada Redaksi" di situ diungkapkan salah satunya pernyataan dari Peter Velappan, selaku Sekjen Asian Football Association, yang dimuat di Asia Week (5/6/1998) bahwa sebenarnya Indonesia memiliki pemain-pemain sepakbola berbakat yang unik. Dimana Indonesia bahkan pernah dijuluki sebagai "Macan Asia". Tapi, di mana kini Indonesia di percaturan sepakbola Asia Tenggara?

Peter Velappan juga mengemukakan pendapatnya mengapa kini Indonesia tenggelam, bahkan di Asia Tenggara sekali pun, karena organisasi persepakbolaan Indonesia kacau balau dan diboroki oleh korupsi yang ada.

"Macan Asia" julukan bagi Indonesia, karena pada jamannya (1970-1990) Indonesia disegani di kawasan Asia. Nama-nama legendaris seperti Waskito, Anjas Asmara, Soetjipto Soentoro, Iswadi Idris, Abdul Kadir, Ronny Paslah, Ronny Pattinasarani, dan sebagainya tentu masih teringat bagi Anda yang melewati pada era itu.

Lawan-lawan seperti Korea Selatan atau Australia, Indonesia pun seimbang. Indonesia bahkan pernah mengalahkan Uruguay dengan skor 3-2.

Klub Santos, asal Brazil, yang pernah melawat ke Jakarta, yang mana saat itu pemain legendaris dunia Pele pun main, hanya menang 3-2 lawan Indonesia.

Namun kini Indonesia hanya punya kenangan, teater sepakbola Indonesia yang penuh rekayasa membuat jebloknya prestasi, SOS sepakbola Indonesia.

Untuk itu, polisi atau Satgas Antimafia Bola harus memberangus praktik-praktik bernoda berupa pengaturan skor atau korupsi dalam bentuk lainnya demi prestasi dan kebersihan kompetisi.

Sepakbola adalah olahraga. 

Tindakan pengaturan skor marak terungkap dan sedang diselidiki oleh kepolisian. Kecurangan lain di olahraga adalah terungkapnya kasus dugaan suap dana hibah dari Kemenpora ke KONI, medio  Desember lalu. Dalam hal ini, aparat yang bertindak adalah KPK. KPK telah melakukan OTT terhadap lima orang tersangka suap dana hibah yang merugikan negara.

Semua saksi yang berkaitan dengan tindak korupsi itu sudah dan sedang diperiksa oleh KPK. Kronologis suap ini, dari dana hibah Rp 17,9 miliar untuk periode Desember 2018, baru diberikan Rp 7 miliar. Dana Rp 7 miliar itu ditemukan oleh KPK di kantor KONI dan sudah disita KPK untuk bukti.

Dari alokasi dana sebesar Rp 17,9 miliar telah terjadi kesepakatan untuk memberikan fee sebesar Rp 3,4 miliar atau 19,13 persen dari alokasi dana.

Sekretaris Kemenpora Gatot S Dewabroto menegaskan bahwa pihak Kemenpora akan kooperatif dengan pihak KPK dalam pengungkapan kasus korupsi. Gatot S Dewabroto juga mengatakan akan kooperatif dengan pihak Satgas Antimafia Bola yang menyelidiki kasus pengaturan skor di sepakbola.

Memang sudah selayaknya semua pihak mendukung upaya-upaya Satgas Antimafia Bola dalam hal mengusut dan membersihkan sepakbola Indonesia dari pengaturan skor. Dalam kasus korupsi di olahraga, juga semua pihak harus mendukung memberantas korupsi dalam bentuk apa pun untuk Indonesia yang bersih. Bukan hanya dukungan dari Kemenpora, PSSI, atau pihak tertentu saja.

Borok sepakbola, borok olahraga harus diperbaiki!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun