Kondisi Sriwijaya semakin parah dengan gagalnya Dodi dalam Pilkada. Sesudah kalah, Dodi mundur dari kepengurusan Sriwijaya.
Dodi lantas menyerahkan manajemen Sriwijaya kepada Muddai Madang selaku Dirut PT SOM.
Kepergian Rahmad Darmawan digantikan Subangkit sebagai pelatih.
Dilatih Subangkit, Laskar Wong Kito bukannya membaik, namun mereka semakin terpuruk. Mereka bolak balik berada di papan bawah, tidak mempunyai persaingan juara.
Perbaikan di tubuh tim yang dilakukan manajemen Sriwijaya dengan menghadirkan pemain seperti Alan Henrique dan Goran Gancev tidak bisa menolong.
Subangkit pun kemudian dipecat. Lantas kepelatihan digantikan oleh Angel Alfredo Vera. Vera yang asal Brasil ini pada putaran pertama menangani Persebaya Surabaya. Namun ditangannya, Sriwijaya tetap berpenampilan buruk.
Lebih parah lagi, hingga masa-masa akhir kompetisi Sriwijaya berada di zona berbahaya klasemen.
Puncak kesedihan bagi Laskar Wong Kito pecah ketika pada laga terakhir yang berlangsung Minggu (9/12/2018), mereka ditundukkan 1-2 oleh Arema FC. Suasana menjadi hening dan berurai air mata. Mereka harus turun kasta ke Liga 2 di musim depan.
Usai laga yang dihelat di Stadion Kanjuruhan Malang itu, pelatih Vera mengatakan bahwa dirinya bertanggung jawab atas kekalahan itu. Padahal kalau lah Sriwijaya menang, mereka lolos dari zona merah.Sriwijaya bahkan unggul terlebih dulu dalam mencetak gol.
Muddai Madang pun memohon maaf kepada para penggemar Sriwijaya dan masyarakat Sumatera Selatan atas hasil yang sangat mengecewakan.
Muddai Madang selaku pemilik mayoritas andil PT SOM merasa dirinya yang paling bertanggung jawab atas semua yang telah terjadi.