Salah satu tim peserta Piala AFF 2018, Filipina, tak main-main untuk mewujudkan ambisinya di ajang sepakbola Asia Tenggara.
Kalau dulu, mereka dapat dikatakan sebagai pelengkap saja, namun dalam beberapa tahun terakhir mereka kini mampu untuk mencapai empat kali babak semifinal di turnamen ini. Hal tersebut dikarenakan mereka banyak memainkan para pemainnya yang sudah dinaturalisasi.
Lebih khusus lagi di tahun ini, mereka juga berhasrat untuk dapat berbicara banyak di turnamen dua tahunan ini.Â
Tak tanggung-tanggung, The Azkals bahkan mendatangkan pelatih kesohor yang pernah melatih Timnas Inggris di Piala Dunia 2010 dan 2014.
Mereka juga memanggil tiga pemain yang sedang merumput di benua Eropa, di antaranya adalah Neil Etheridge, kiper yang kini membela klub Inggris Cardiff City.
Neil Etheridge bahkan rela menempuh perjalanan sepanjang 11.612 kilometer untuk memperkuat The Azkals.
Etheridge terbang ke Filipina hanya beberapa jam setelah dia baru saja membela klubnya mengalahkan Brighton City 2-1 di Liga Primer (Sabtu, 10/11/2018).
Etheridge tiba di Filipina dalam waktu yang mepet jelang The Azkals berlaga perdana melawan Singapura (Selasa,13/11/2018).
Filipina sama-sama bergabung dengan Indonesia di Grup B.
Etheridge juga merasa bangga bisa membela negara. Sesudah bertanding melawan Singapura, The Azkals akan berhadapan dengan Timor Leste pada 17/11 di Kuala Lumpur (laga berlangsung di Kuala Lumpur karena Timor Leste tidak mempunyai stadion yang layak).
Sesudah Timor Leste, Filipina bakal menantang Thailand dan Indonesia. Tapi belum dapat dipastikan apakah Etheridge akan bisa tampil.Â
Indonesia tidak boleh menganggap remeh Tim The Azkals.Â
Selain dilatih Sven Goran Erickson, kiper Cardiff, dua lain yang bermain di Eropa. Filipina juga mempunyai beberapa pemain yang merumput di Liga Malaysia dan Thailand.
Mereka pun berada di ranking ke 113 FIFA, ranking tertinggi di Asia Tenggara.
Pelatih Goran Erickson pernah menangani klub AS Roma, Sampdoria, Lazio, dan Benfica.
Sementara itu, pada Selasa malam WIB, dua tim terluka, yaitu Indonesia dan Timor Leste akan saling berhadapan di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan Jakarta (13/11/2018).
Garuda terluka karena kalah dari 0-1 dari Singapura sementara Timor Leste terluka karena dicukur 0-7 oleh Gajah Perang.
Adu taktik seperti apa yang bakal dipertahankan oleh kedua pelatih?
Yang jelas Bima Sakti harus menjawab kritik-kritik yang ditujukan seusai kalah lawan The Lion. Bima Sakti harus meramu taktik jitu dan jangan gagal lagi.
Bima Sakti yang mengandalkan sektor sayap saat melawan Fandi Ahmad tidak berkutik.
Menurutnya, dia kini sudah merencanakan skema baru agar hasil negatif yang lalu tidak terulang dan ia pun juga mempersiapkan para pemainnya yang cocok dengan skema itu.
Selain bermain sayap, Bima Sakti juga akan menerapkan strategi lainnya.Â
"Harus bermain sabar tidak terpancing irama main Timor Leste. Ini adalah pelajaran dari hasil kontra Singapura" katanya.
Sementara itu, pelatih Norio Tsukitate juga sama-sama telah menyiapkan strategi bermain kontra Garuda di GBK.
Pelatih berusia 58 tahun ini meresepkan asuhannya supaya tidak gentar berhadapan dengan lawan siapa pun.
Apabila Bima Sakti dimaki karena kalah dari The Lion, Norio Tsukitate menelan tujuh gol dari Thailand.
Norio Tsukitate merupakan imbas dari kebijakan program pengiriman pelatih oleh JFA (Federasi Sepakbola Jepang) ke sejumlah negara Asia.Â
Timor Leste di tangan pelatih Norio Tsukitate berhasil mengalahkan Filipina 1-0 dan bermain seri dengan Kamboja 2-2. Keduanya dalam laga ujicoba.
Mau tidak mau, Indonesia harus menang lawan Timor Leste, supaya ke depannya Bima Sakti lolos dari makian!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H