Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kabar Gembira Bagi Solusi Penguraian Plastik

4 Juli 2018   06:00 Diperbarui: 4 Juli 2018   16:50 1753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ilmuwan asal Inggris dan Amerika Serikat yang secara tidak sengaja menciptakan enzim pengurai plastik. Menurut Proceedings of the National Academy of Sciences, ini terjadi saat tim tersebut meneliti bakteri Ideonella sakaiensis yang suka makan polyethylene terephthalate (PET), materi plastik yang banyak dipakai. 

Di lab, tim tersebut secara tak sengaja malah memodifikasi PETase, enzim dalam materi plastik, menjadi unsur yang mengurai PET dengan baik! Ini kabar gembira bagi solusi penguraian plastik, mengingat materi tersebut bisa bertahan ratusan tahun--setara penguraian sampah secara alami.

Anda pasti sudah tahu bahwa plastik dapat dibuat menjadi berbagai macam produk yang sering kita gunakan sehari-hari seperti botol minuman, pembungkus pakaian, pembungkus makanan, dan wadah berbagai produk kecantikan. 

Fakta telah membuktikan bahwa masalah dalam pengolahan plastik dialami oleh seluruh negara.

Pada negara berkembang, penduduk sering membakar sampah-sampah plastik. Padahal membakar sampah dapat menyebabkan polusi udara. Saat sampah tersebut dibakar, maka akan menimbulkan gas beracun yang dapat memicu pertumbuhan sel kanker pada organ pernapasan. 

Kemudian Anda pasti bertanya mengenai cara apakah yang paling aman digunakan untuk mengolah sampah-sampah plastik tersebut.

Pengolahan sampah yang terbaik adalah dengan menimbun sampah-sampah itu agar dapat terurai secara alami. Hanya saja untuk mengurai plastik tersebut secara alami, membutuhkan waktu yang sangat lama hingga ratusan tahun!

Pemerintah Indonesia menargetkan akan mengurangi sampah plastik di laut sampai 70% selama delapan tahun mendatang dan pemerintah telah membuat tahapannya.

Para penggiat lingkungan mengatakan untuk mencapai target itu harus dibarengi dengan berbagai kebijakan manajemen sampah dan pengurangan sampah dari darat.

Sampah plastik yang mengalir ke laut menjadi masalah di negara kita dan negara-negara lain di dunia. Sampah-sampah tersebut kemudian dimakan oleh hewan laut, terutama penyu.

Menurut peneliti dari Universitas Georgia, Dr. Jenna Jambeck --yang dimuat dalam jurnal Science (sciencema.org)-- Indonesia membuang limbah plastik sebanyak 3,3 juta ton, dan berada di urutan kedua sebagai negara penyumbang sampah plastik ke laut setelah Cina.

Jambeck saat itu memaparkan bahwa plastik tidak dapat terurai dan akan berubah menjadi butiran yang lebih kecil dalam jangka waktu yang lama.

"Plastik yang lebih kecil dan bisa merusak lingkungan," jelas Jambeck.

Sampah plastik yang mengalir ke laut ini menjadi perhatian dalam konferensi kelautan PBB beberapa waktu lalu. Di sana pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengurangi sampah di laut sampai 70% pada 2025 mendatang.

Dr. Jenna Jambeck menilai komitmen Indonesia dan negara-negara lain sangat penting, untuk itu pengolahan sampah juga harus diperhatikan untuk dapat mengurangi sampah plastik ke laut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun