Berkumpul dengan keluarga di saat liburan panjang seperti Lebaran di "bau" rumah Anda yang dulu di kampung halaman tercinta. Istirahat dan tidak bekerja serasa nikmat dan santai serta jauh dari kesibukan dan rutinitas sehari-hari yang biasa dijalani.
Di rumah kerinduan Anda mungkin ada orang tua, saudara, atau pembantu rumah tangga. Atau bagi Anda yang sudah menikah ada isteri/suami dan anak-anak.
Mereka semua adalah orang-orang terdekat kita di rumah kerinduan kampung halaman.
Sungguh suatu liburan panjang yang menikmatkan dan membuat malas. Berapa persen dana Lebaran atau THR Anda yang terpakai?
Namun sesudah Anda menikmati liburan panjang, rasanya malas untuk balik lagi ke Jakarta, atau kota besar lainnya tempat Anda bekerja dan berhadapan dengan orang-orang banyak, teman-teman, kolega, satpam dan sosialitas lainnya. Anda jadi dilihat banyak orang.
Jika Anda dilihat banyak orang
Atau kembali ke Jakarta, Anda harus presentasi? Deg-degan saat presentasi?
Deg-degan saat presentasi adalah hal yang wajar. Saat tahu akan dilihat orang, tentu kita merasa lebih gugup dan mengalami apa yang disebut pakar sebagai kecemasan sosial. Kita berasumsi, tampil bicara di depan sejumlah orang bisa membuat performa kita kacau.
Namun, hasil studi terbaru yang dilaporkan dalam Social Cognitive and Affective Neuroscience mendapati sebaliknya: ditonton justru membuat kita tampil lebih baik!
Uniknya, Vikram Chib, penulis utama studi sekaligus assistant professor teknik biomedika di Johns Hopkins dan Kennedy Krieger Institute, awalnya bertujuan meneliti bagaimana performa bisa merosot saat diamati orang.
Namun, ia lantas mendapati bahwa dalam situasi tertentu, memiliki audiens yang menonton performa kita justru mendorong kita untuk tampil lebih baik. Ibarat uang, penonton menjadi insentif ekstra untuk meningkatkan penampilan.
Dalam eksperimen di California Institute of Technology, Chib dan tim membagi 20 partisipan ke dalam dua kelompok: yang ditonton sejumlah orang dan yang tidak. Lantas, mereka diminta memainkan Wii atau Xbox Kinect, sementara aktivitas otak mereka dipantau dengan fMRI.
Ketika partisipan tahu sedang ditonton, bagian korteks prefrontal yang terkait dengan kognisi sosial - khususnya pikiran dan intensi orang lain - ternyata teraktivasi, begitu pula bagian korteks yang terkait apresiasi.
Bersama-sama, sinyal-sinyal ini kemudian memacu aktivitas di ventral striatum, area otak yang mendorong aksi dan kemampuan motorik. Walhasil, partisipan yang ditonton menunjukkan peningkatan performa sampai 20 persen dibandingkan yang tidak.
Tentu, jika jumlah penonton lebih besar, misalnya ratusan orang, mungkin hasilnya bisa berbeda. Namun, untuk saat ini, temuan ini bisa bermanfaat bagi kita yang perlu meningkatkan performa secara efektif di lingkup lebih kecil, seperti di kantor maupun sekolah.
Ditonton orang, siapa takut?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H