Tayangan VAR kedua terjadi pada pertandingan antara Peru lawan Denmark di grup C, usai pemain Denmark melakukan pelanggaran. Namun kemudian Christian Cueva gagal mengeksekusi penalti, tendangannya melambung di atas mistar gawang.
Kekurangan dan kelebihan antara teknologi garis gawang dan VAR
Bila berbicara soal kekurangan teknologi garis gawang ini, selain pemasangan alatnya mahal, juga soal fungsi. Kalau di momen sekelas Piala Dunia sih tidak masalah. Tetapi jika diterapkan di kompetisi-kompetisi  seperti, katakanlah liga Indonesia, teknologi garis gawang, meski sangat akurat dan sangat membantu, namun masih terlalu ekslusif. Lagi pula pemasangan alat ini akan dibebankan kepada pihak klub.
Sedang mengenai soal kelebihan utama teknologi VAR adalah bahwa ia multifungsi, maksudnya teknologi VAR selain untuk melihat apakah bola sudah melewati garis atau belum, juga untuk melihat apakah terjadi sesuatu pelanggaran.
Selain itu teknologi VAR lebih murah daripada teknologi garis gawang, dengan biaya 2 juta euro serta pemasangan alat VAR tidak terlalu rumit.
Kekurangan teknologi VAR adalah bahwa alat ini hanyalah membantu wasit, jadi intervensi terhadap sebuah pertandingan menjadi semakin besar. Seorang wasit harus dilatih, dididik, ditatar supaya dalam penggunaannya nanti, mereka justru tidak merusak jalannya laga.
 Apabila memang ada dana dan mampu,  kedua teknologi memang dipakai, seperti di Piala Dunia tentunya!
Apabila memang sangat diperlukan, teknologi VAR bisa juga diterapkan di liga (Indonesia) sebagai solusi.Â
Apakah ini tanda-tanda dari  fourth generation? Salah satu ciri-ciri dari pada generasi keempat adalah semakin canggihnya teknologi!
Yang jelas saksikanlah terus momen Piala Dunia, sehingga dengan adanya teknologi garis gawang dan VAR ini, tidak ada lagi perselisihan, apakah bola sudah melewati garis gawang atau belum, atau apakah ada sesuatu pelanggaran?
Yang jelas, jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda.