Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mengintip Cara Teknologi Dinding Es

30 April 2018   10:41 Diperbarui: 30 April 2018   10:45 1544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagaimana dinding es sebagai solusi masuknya air ke dalam reaktor nuklir dibangun? Jawabnya ada pada mesin pembeku terbesar di dunia.

Dengan dukungan teknologi canggih, pipa-pipa sepanjang 30 meter ditenggelamkan ke dalam tanah dengan jarak 1 meter, dan diisi larutan garam yang telah didinginkan sampai minus 30 derajat Celcius. Masing-masing pipa membekukan satu kolom tanah berdiameter 50 cm di sekelilingnya, dan seterusnya hingga mereka membentuk penghalang tak terputus.

Dibutuhkan waktu dua bulan lagi tanah di sekitar pipa untuk membeku sepenuhnya. Untuk memadatkan seluruh dinding yang terdiri dari 1.568 pipa bawah tanah, diperlukan 30 unit pembeku besar yang menghabiskan listrik cukup banyak untuk memasok 13.000 rumah Jepang selama setahun.

Menurut para insinyur dari perusahaan konstruksi Kajima Corporation yang membangun dinding es tersebut, teknik penghalang beku untuk menghambat air tanah telah digunakan untuk membangun terowongan dan tambang di seluruh dunia, tetapi belum pernah ada yang sebesar ini - apalagi di lokasi bencana nuklir.

Setelah dua tahun, Kajima pun selesai memasang pipa dan unit pembeku untuk menciptakan dinding es. Maret 2016, mereka mengaktifkan sebagian dinding es untuk pertama kali - jaraknya sekitar 800 meter di antara bangunan reaktor dan Samudera Pasifik. Sebagian lain diaktifkan pada pertengahan Juni.

Atas perintah Nuclear Regulation Authority, agensi nuklir Jepang, pembekuan dinding es dilakukan bertahap.

Jika tidak, institusi tersebut khawatir pemutusan air tanah yang terlalu mendadak bisa memicu arus balik yang menyebabkan air bermuatan radiasi di dalam reaktor meluber ke tanah sekitarnya, bahkan mungkin mencapai Samudera Pasifik.

Di penghujung 2016, TEPCO melaporkan 99 persen bagian dinding di sisi laut telah sukses membeku. Tapi, ada sejumlah titik yang gagal menjadi padat karena kandungan sampah atau pasir sisa pembangunan setengah abad lalu, yang membuat air tanah mengalir melewatinya begitu cepat dan sulit membeku.

Untuk mengatasinya, Tatsuhiro Yamagishi, juru bicara TEPCO, mengatakan lubang-lubang tersebut disumbat dengan semen. Namun, mereka yang skeptis terhadap proyek ini mempertanyakan berapa lama semen bisa bertahan.

Bukan itu saja yang diragukan para skeptis.

Menurut mereka, strategi penghalang beku biasanya hanya bekerja sementara dalam menahan air tanah di situs-situs pembangunan. Selain itu, sistem ini bisa rusak di bawah tekanan beroperasi di lingkungan beradiasi tinggi - di mana gempa bumi berikutnya bisa kembali memadamkan listrik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun