Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Tingkatkan Kesadaran terhadap Aritmia

16 April 2018   10:44 Diperbarui: 21 April 2018   10:15 1560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rasionya 1:10.000.000, padahal idealnya adalah 1:100.000. (sumber: www.phyathai.com)

Dalam skala lebih kecil, data di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita menunjukkan bahwa kejadian Fibrilasi Atrium (FA) pada pasien selalu meningkat setiap tahun.

Dr. Agung Fabian Chandranegara, Sp.JP(K), Ketua Panitia Kampanye Fibrilasi Atrium 2017, mengatakan bahwa prevalensi FA saat ini mencapai 1-2 persen dari populasi, dan akan meningkat dalam 50 tahun ke depan. Tak jarang, stroke merupakan manifestasi klinis pertama dari FA.

Dokter yang berpraktik di RS Hermina Tangerang ini menekankan pentingnya mengedukasi masyarakat tentang FA melalui kampanye yang berkelanjutan. Kampanye FA 2017 sendiri dinilai cukup berhasil dihadiri 1.700 orang di Jakarta. Kampanye itu juga didukung Pemda DKI dan Kementerian Kesehatan.

"Kepedulian pemerintah, masyarakat, serta para dokter dalam meningkatkan kesadaran terhadap aritmia tentu sangat membantu dalam mengatasi salah satu kesehatan besar di Indonesia," ujar Dr. Agung.

Angka kejadian aritmia yang terus meningkat menuntut tata laksana yang tepat untuk menurunkan angka mortalitas dan morbiditas.

Tantangannya adalah fakta bahwa aritmia masih belum sepopuler penyakit jantung koroner atau sindrom gagal jantung. Ini disebabkan pemahaman masyarakat yang masih rendah, jumlah dokter ahli aritmia masih sedikit, dan keterbatasan fasilitas kesehatan yang menyediakan pelayanan canggih untuk aritmia.

Padahal, menurut Dr. Dicky, teknologi dan tata laksana aritmia tengah berkembang pesat di seluruh dunia. Di Indonesia, pengetahuan dokter spesialis jantung tentang aritmia belum merata. Di Jakarta terdapat perkembangan pesat, tapi kota-kota lain masih sangat perlu untuk ditingkatkan, baik jumlah dokter subspesialis aritmia maupun fasilitas yang diperlukan.

"Dari lebih dari 1.000 orang dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, hanya ada 25 orang yang memiliki subspesialis aritmia. Dengan kata lain, rasionya adalah 1:10.000.000, padahal idealnya adalah rasio 1:100.000," tegas Dr. Dicky. 

Menyikapi problem ini, Indonesian Heart Rhythm Society Meeting (InaHRS) sebagai asosiasi profesional peminatan aritmia bertekad mewujudkan pemerataan pelayanan aritmia di seluruh Indonesia melalui pendidikan dan pelatihan, baik di Indonesia maupun di luar negeri. InaHRS juga memfasilitasi dokter dengan guideline yang bisa diakses gratis.

Menurut Dr. Dicky, ada tiga kendala utama dalam menyampaikan edukasi terkait aritmia.

Pertama, pasien menilai risiko stroke akibat FA akan menghilang ketika gejala sudah terobati. Kedua, pasien menganggap risiko penggunaan obat pencegahan stroke akibat FA lebih besar dibanding manfaatnya. Ketiga, pasien kesulitan memahami penjelasan dokter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun