Dalam perspektif yang berbeda, Aninditya H. Andaninggar, M.Psi., Psi., dari Personal Consulting, menilai bahwa perilaku menghakimi adalah kecenderungan seseorang untuk menilai rendah orang lain dalam berbagai hal, mulai dari perkataan, tingkah laku, sudut pandang, hingga pilihan hidup.
"Individu dengan kecenderungan menghakimi selalu melihat keburukan objek atau individu lain, sering kali diikuti dengan komentar buruk - istilah sekarangnya 'nyinyir' - atau bahkan perilaku yang tidak pantas," papar psikolog yang akrab disapa Ninggar ini.
Hal ini, tandas Ninggar, bisa terjadi karena ketidaksesuaian antara apa yang diharapkan atau nilai yang dianut dengan kenyataan. Kecenderungan menghakimi juga muncul saat kita merasa tidak nyaman dengan lingkungan. Ini sering muncul di media sosial dalam bentuk status atau komentar, serta obrolan gosip mengenai orang atau pihak tertentu.
"Ketika individu tidak bisa mengendalikan kecenderungan menghakimi, serta mengeluarkannya dalam bentuk lisan maupun tertulis, tentu pihak yang merasa dihakimi akan merasa tersinggung. Dari sinilah konflik timbul," ungkap Ninggar.
Dampak buruk perilaku menghakimi tak hanya dialami korban, tapi juga bagi pelaku.
Ninggar menyebutkan, pelaku aksi menghakimi memiliki risiko kurang disenangi dan sulit membentuk jaringan sosial atau networking. Sementara itu, korban yang sering dihakimi berisiko kehilangan rasa percaya diri dan menjadi pribadi yang cenderung pesimis. Baik pelaku maupun korban, hidup mereka sering kali menjadi tidak tenang.
Untuk mencegahnya, Ninggar menyarankan sejumlah langkah yang bisa dilakukan. Pertama dan terpenting, mulailah dari diri sendiri dahulu. Semua orang punya kecenderungan menghakimi, meskipun pada taraf yang berbeda-beda.
Kedua, karena perilaku menghakimi bisa menjadi bumerang bagi pelaku, maka pencegahannya adalah dengan melakukan introspeksi diri. Cobalah pahami pihak yang kita nilai, dan belajarlah menerima keadaan.
Setelah berhasil mengendalikan perilaku menghakimi yang ada dalam diri kita sendiri, kita bisa membantu orang lain dengan mengingatkan mereka akan langkah-langkah tersebut untuk mengikis maraknya aksi menghakimi.
"Andai semua orang bisa melakukan refleksi dan berhenti menghakimi orang lain, apalagi sampai bisa mencegah timbulnya konflik, tentu hidup akan lebih damai, bukan?" pungkas Ninggar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H