Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pendar Cahaya dari Makhluk Laut Dalam Memesona Kita

26 Maret 2018   10:23 Diperbarui: 28 Maret 2018   13:05 682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Magisnya pendar cahaya yang dihasilkan sejumlah makhluk di laut dalam membuat kita terpesona.  Faktanya, fenomena bioluminesensi adalah salah satu ciri ekologi paling dominan di Bumi.

Pada 1932, ketika William Beebe turun ke dasar samudra dengan kapal selam kecil dan sempit, ia menjadi ilmuwan pertama yang menjelajah gelapnya laut dalam.

Sebuah jendela kecil memungkinkan Beebe mengintip ke luar. Apa yang dilihatnya? "Dunia ganjil yang dipenuhi pendar cahaya dan binar temaram yang menyihir," kata sang ilmuwan.

Beebe mengisahkan pengalamannya dalam buku Half Mile Down, di mana ia mengaku sangat terkesan dengan pertunjukan spektakuler di laut dalam, yang mencakup pendar hijau, biru, merah pucat, dan terutama biru-hijau.

Pijaran itu disebut bioluminesensi, yakni sinar yang berasal dari makhluk hidup, terutama ikan laut dalam yang bertaring. Keseluruhan variasi mereka menunjukkan bahwa bioluminesensi sesungguhnya lumrah, tapi saat itu belum ada ilmuwan yang menemukan metode pengukuran fenomena tersebut.

Kini, 85 tahun setelah penyelaman perintis yang dilakukan Beebe, para ilmuwan telah berhasil mengukur level bioluminesensi di laut dalam.

Selama 240 kali riset penyelaman yang dilakukan di Samudra Pasifik, tim ilmuwan merekam setiap kemunculan dan jenis makhluk laut yang bercahaya. Mereka mendapati ada lebih dari 500 jenis yang hidup di kedalaman 3 kilometer.

Kemudian, para ilmuwan menggabungkan seluruh temuan riset mereka ke dalam survei komprehensif. Hasilnya? Sebagian makhluk laut - sebesar 76 persen - menghasilkan cahaya sendiri, jauh lebih besar dari jumlah makhluk laut yang tak bercahaya, misalnya lumba-lumba.

"Orang mengira bioluminesensi adalah suatu karakteristik yang eksotis," ujar Severine Martini, pakar biologi laut dan penulis utama studi yang diterbitkan di Scientific Reports. "Bahkan para pakar oseanografi belum menyadari bahwa hal ini adalah fenomena yang umum."

Karena laut dalam adalah habitat terbesar Bumi, temuan terbaru ini mengonfirmasi bahwa bioluminesensi adalah ciri ekologi paling dominan di planet kita.

Ini menjadi fakta yang mengejutkan karena kita beranggapan makhluk laut yang bercahaya adalah sesuatu yang tidak umum, ungkap Martini dan rekan penelitinya, Steven H.D. Haddock.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun