Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membangun Relasi dengan Anak Sambung

10 Maret 2018   09:37 Diperbarui: 10 Maret 2018   11:23 1347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitu juga jenis kelamin. Anak laki-laki biasanya lebih mudah menerima orangtua sambung laki-laki dibanding anak perempuan, yang biasanya kurang nyaman dengan kedekatan fisik dengan ayah sambung. Baik anak laki-laki maupun perempuan lebih mudah dekat dengan ibu sambung.

Ayoe mengingatkan, orangtua sambung perlu paham sampai sejauh mana si anak membutuhkan kehadiran dia di sampingnya.

"Jangan kebablasan mengambil semua peran. Misalnya, Anda tidak perlu cemburu ketika si anak menemui atau mengunjungi orangtua kandungnya. Penting bagi orangtua sambung untuk menyadari posisi dan porsinya," tegas Ayoe.

Ade menilai, harapan yang terlalu tinggi untuk langsung diterima dengan anak-anak membuat orangtua sambung sering kali memaksakan diri untuk langsung dekat dengan anak. Hal ini justru acap kali membuat anak merasa tidak nyaman, bahkan menjauh.

Sebaliknya, ketakutan orangtua sambung dianggap sebagai "orang asing", membuatnya canggung untuk mendekati anak-anak. Sehingga membuatnya berjarak dengan anak-anak tersebut.

"Berpikirlah positif, sabar dan yakini bahwa sebuah kedekatan membutuhkan waktu. Ini dapat membantu orangtua sambung untuk menjadi lebih tenang dalam menghadapi proses adaptasi dengan keluarga baru," Ade mengingatkan.

Menurut Ade, problem lazim yang dihadapi oleh orangtua dan anak sambung antara lain masalah perbedaan kebiasaan sehari-hari, serta perbedaan pola disiplin antara pola asuh sebelumnya dengan pola asuh yang baru. Selain itu, anak kadang masih membedakan atau membandingkan antara orangtua kandung dengan orangtua sambung.

Ayoe menambahkan, tantangannya menjadi lebih berat manakala perceraian yang dialami sebelumnya tidaklah sehat. Umumnya, masih ada harapan dari salah satu pihak untuk tidak menerima kebahagiaan dari mantan pasangan, dan mungkin menggunakan anak sebagai "alat" untuk membuat kehidupan mantan pasangan tidak sejahtera. Karena itu, libatkan anak sejak awal dekat dengan seseorang, lihat reaksinya, dan ajak ia bicara sesuai usianya.

Ini masih ditambah dengan ekspektasi keluarga besar, yang memiliki harapan tersendiri tentang gaya pengasuhan sang orangtua sambung. Kalau tidak sesuai dengan harapan, maka ini bisa jadi potensi konflik, terlebih bila tidak diikuti kedewasaan pola pikir.

Oleh karena itu, pastikan proses adaptasi berjalan lancar dan orangtua sambung berhasil menyelaraskan ritme yang ada di keluarga. Siapkan diri menghadapi ekspektasi-ekspektasi, baik dari anak maupun orangtua sambung.

Bicara orangtua kandung, kedua psikolog ini sepakat bahwa perannya sangat strategis sebagai jembatan antara anak dan pasangan barunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun