Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menangkis Kesepian dengan Bergabung di Komunitas

6 Maret 2018   10:19 Diperbarui: 6 Maret 2018   10:31 1085
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia adalah makhluk sosial - itu adalah fakta yang tidak terbantahkan. Setiap orang punya kebutuhan untuk berinteraksi dan menjalin hubungan yang dekat dengan orang lain. Apabila kebutuhan itu tidak terpenuhi, orang tersebut rentan merasa kesepian. Meski tampaknya bukan masalah serius, namun ternyata bahaya kesepian bagi kesehatan cukup berdampak besar.

Di kehidupan sekarang ini, banyak orang merasa kesepian. Rasa kesepian bisa dialami oleh siapapun tidak soal usia, status sosial, maupun latar belakang etniknya. Apakah Anda pernah merasa kesepian? Atau mungkin Anda sedang merasa kesepian? Adakalanya kita semua merasa butuh seorang teman untuk mendengarkan, menenangkan, dan memahami diri kita. Sewaktu-waktu kita membutuhkan teman yang peka dengan perasaan kita.

Belum lama ini, pemerintah Inggris mengangkat menteri baru bertitel "Minister of Loneliness". Jumlah warga yang mengaku kesepian di negara itu memang besar: 9 juta manusia!

Ini bukan lelucon, karena dampak dari kesepian tidaklah main-main. Berbagai studi telah mengukuhkan bahaya dari rasa kesepian dan isolasi sosial terhadap kesehatan dan harapan hidup.

Riset University College London terhadap 6.500 partisipan menguak bahwa rasa kesepian bisa meningkatkan level hormon stres dan inflamasi, yang kemudian meningkatkan risiko terhadap penyakit jantung, artritis, diabetes tipe 2, dementia, dan keinginan bunuh diri.

Tak heran jika sejumlah ahli menyebut kesepian sebagai "epidemi yang meningkat." Semua kelompok usia bisa terkena. Saat Dr. Julianne Holt-Lunstad, profesor psikologi di Brigham Young University, menganalisis data 3,4 juta orang, ia mendapati bahwa prevalensi kesepian meningkat di usia remaja dan dewasa muda, dan kembali tinggi saat lanjut usia.

International Journal of Geriatric Psychiatry mengungkap bahwa pada dewasa di atas usia 50, rasa kesepian dikaitkan dengan penurunan fungsi kognitif selama kurun 12 tahun. Bahkan, Harvard Aging Brain Study menemukan bahwa kesepian mungkin menjadi gejala pra-klinis dari Alzheimer.

Dr. Nancy J. Donovan, psikiater geriatri dan peneliti neurologi di Brigham and Women's Hospital, Boston, menegaskan bahwa kesepian berdampak serius tak hanya pada kesehatan fisik, tetapi juga otak. Karena itu, jika Anda kerap merasa kesepian, segeralah cari solusi terbaik, sebelum hal tersebut membahayakan kesehatan Anda.

Para ahli menyarankan agar kita menangkis rasa kesepian dengan bergabung dalam suatu komunitas, mengikuti kursus, memelihara hewan, dan melakukan aktifitas sosial.

Di Inggris sendiri, ada program bernama Befriending, ketika sukarelawan melakukan pertemuan teratur dengan orang yang merasa kesepian. Di Amerika, West Virginia University menawarkan Listen, terapi perilaku kognitif khusus untuk mengatasi rasa sepi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun