Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bagaimanakah Interaksi yang Tepat dengan Anak Berkebutuhan Khusus?

7 Oktober 2017   09:21 Diperbarui: 7 Oktober 2017   11:49 3126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: jambi-independent.co.id

Tak dapat dipungkiri, Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang memiliki keragaman spektrum dan keunikan tersendiri membuat kita bertanya: bagaimanakah cara berinteraksi yang tepat dengan mereka? Simak saran para pakar.

Sudah tepatkah cara Anda berkomunikasi dengan ABK?

Pertanyaan tersebut perlu diajukan, mengingat masih banyak dari kita yang belum paham bagaimana bijak bersikap dan berinteraksi secara wajar saat menghadapi anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus.

Down syndrome, autisme, dan ADHD adalah tiga dari sekian banyak jenis kebutuhan khusus pada anak yang cukup akrab di masyarakat. Pada ABK dengan kondisi sedang apalagi berat, biasanya kondisi tersebut terlihat jelas. Lain halnya dengan ABK dengan tingkatan ringan, dimana umumnya masyarakat awam tidak mudah mengenali.

Sesuatu yang berbeda memang akan mengundang perhatian orang. Dalam hal ini, jika kondisi ABK terlihat secara jelas, seperti anggota tubuh yang tak lengkap atau perilaku unik tertentu. Atau, ABK dengan cerebral palsy, ketika fisik anak sudah cukup besar tapi lunglai dan masih harus digendong.

Reaksi yang umum ditunjukkan orang saat berjumpa ABK di ruang publik antara lain berupaya berempati, berusaha tidak terlalu memperhatikan, ada pula yang tampak cuek, dan ada yang memilih untuk bertanya pada orangtua atau pengasuh ABK, apa yang membuat kondisi anak seperti itu.

Menurut Ine Indriani, M.Psi., Psikolog, dari Psycoach Human Integra, hal yang penting bagi orangtua ABK adalah untuk menerima terlebih dahulu kondisi anaknya, sehingga mereka siap menerima apapun respons orang lain, baik itu positif maupun negatif.

"Berpikirlah positif, mungkin orang lain tidak tahu atau wawasannya kurang dalam memahami kondisi ABK. Berusahalah menerima dan tetap tegar, apapun reaksi lingkungan terhadap buah hatinya," ujar Ine.

Sebaliknya, kata psikolog yang juga berpraktik di RS Pantai Indah Kapukini, orangtua akan sulit menerima respons lingkungan bila dirinya sendiri belum dapat menerima sepenuhnya kondisi anaknya yang berbeda dari anak lain.

Pesan yang sama disampaikan Diah Fatmawati, M.Psi., Psikolog, dari Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta. "Memang tidak menyenangkan bila kita diperlakukan seenaknya oleh orang lain. Namun, orangtua ABK perlu bersikap bijak dan tetap memiliki pemikiran positif," ujar Diah.

"Bisa jadi, orang lain berperilaku seperti itu karena didasari kurangnya pengetahuan atau pemahaman mereka terkait ABK, sehingga mereka mungkin merasa takut. Padahal, ABK bukanlah sesuatu yang perlu ditakutkan," tegas Diah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun