Salah satu yang dirindukan di sekitar Hari Raya IdulFitri adalah rengginang.
Tentunya Anda pernah merasakan asyiknya kriuk kriuk... Makan makanan yang satu ini.
Biasanya kalau pulang kampung, ada tetangga yang memberikan rengginang ini yang masih mentah, artinya belum digoreng.
Selain rengginang di sekitar Lebaran, keluarga saya kerap dikirimi makanan khas lebaran lainnya seperti uli dan tape ketan atau ketupat.
Setelah Googling, tak menyangka makanan yang terbuat dari beras ketan ini berasal dari Jawa Barat.
Bahkan kata "rengginang" ini merupakan singkatan dari bahasa Sunda "nyiar ragi teu menang" yang artinya "mencari ragi tapi tak dapat-dapat".
Karena bunyinya seperti itu maka makanan itu disebut dengan rengginang seperti yang kita ketahui sekarang ini.
Cikal bakal rengginang ini ada kaitannya dengan tape ketan.
Seperti diketahui untuk membuat peuyeum hideung (tape ketan dalam bahasa Sunda) itu diperlukan adanya ragi untuk fermentasi.
Karena ragi itu tidak ditemukan setelah mencari-cari, maka jadilah tape ketan menjadi rengginang.
Namun kini rengginang juga dikenal di luar Jawa Barat.
Dan di sekitar Lebaran makanan ini semakin banyak diproduksi untuk camilan atau untuk disuguhkan kepada tamu yang datang untuk bersilaturahmi.
Sejalan dengan perkembangannya, rengginang kini sudah hadir dengan berbagai macam variasi, seperti,
Rengginang jagung
Rengginang manis
Rengginang cokelat
Rengginang keju
Rengginang bawang putih
Bahkan sudah menjadi tradisi dimana kalau kaleng biskuit bermerek (Khong Guan, Nissin Wafers, dan sebagainya) sudah habis, maka kaleng yang ditaruh di meja itu ditebak isinya rengginang.
Seperti di media sosial Facebook yang banyak ditemui meme kaleng Khong Guan yang isinya tinggal rengginang tiga biji.
"Silakan habiskan saja rengginang nya....," kata tuan rumah kepada tamu yang berkunjung ke rumahnya saat lebaran.
Tak pelak ranginang menjadi salah satu penganan dari jajaran penganan lainnya yang tak pernah ketinggalan menemani hari lebaran.
Seperti apa yang diberitakan oleh beritasatu, produsen rengginang di Kota Blitar, Jawa Timur, yang kebanjiran pesanan menjelang Hari Raya IdulFitri 1444 H.
Bahkan mereka sampai-sampai menolak adanya pesanan baru.
"Ada yang ambil 600 bungkus, ada yang 500 bungkus. Ini pesanan yang lain sudah saya tutup," kata Yeni Safitri, salah seorang produsen yang dimaksud, Sabtu (1/4/2023).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H