Bunga menjadi satu penyumbang terbesar laba yang diperoleh oleh suatu Bank.
Inilah perbedaan suatu perusahaan lainnya dengan perusahaan yang berurusan dengan duit.
Perusahaan lainnya itu mendapatkan penghasilan dari penjualan barang-barang atau jasa, sedangkan lembaga keuangan dari bunga.
Sedangkan net profit atau keuntungan suatu perusahaan adalah selisih dari penjualan barang-barang atau jasa dikurangi oleh operational cost atau biaya operasional, dikurangi lagi dengan pajak.
Bank memberikan pinjaman kepada perorangan atau korporasi.
Misalnya dalam bentuk Kartu Kredit dan pinjaman kepada perusahaan-perusahaan, seperti UMKM dan sebagainya.
Lantas masalah apa saja yang timbul untuk memperoleh sebanyak-banyaknya net profit suatu lembaga keuangan atau Bank itu?
Beruntung dalam hal ini bank-bank di Indonesia mendapatkan NIM (Net Interest Margin) yang sangat tinggi.
Hal tersebut dikatakan oleh orang nomor satu di Republik ini.
Ya, Presiden Joko Widodo mengatakan NIM atau pendapatan bunga bersih bank-bank di Indonesia sangat tinggi.
OJK (Otoritas Jasa Keuangan) mencatat NIM perbankan Nusantara mencapai 4,89 persen pada Januari 2023.
Mirza Adityaswara, Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK mengatakan sebenarnya bank-bank di Indonesia yang dimaksud bisa lebih tinggi lagi mencapai NIM nya.
Salah satunya dengan cara menekan biaya operational cost nya.
Operational cost yang dimaksud di antaranya biaya pemeliharaan cabang-cabang Bank di Indonesia mulai dari Sabang hingga ke Merauke, memang masih cukup tinggi.
Selain itu NPL (Non Performing Loan) juga menjadi penyebab operational cost Bank cukup tinggi.
NPL ini adalah cadangan untuk kredit bermasalah.
"Jadi jika kredit macet itu 2,3-3,1 persen. Itu bisa ditekan hanya sebesar 1 persen saja," kata Mirza.
Untuk menekan operational cost itu maka Bank wajib menggunakan bantuan teknologi dan digitalisasi sehingga berhasil menekan termasuk biaya SDM.
Sedangkan untuk menekan NPL, maka Bank harus melihat lembaga biro kredit.
Lembaga biro kredit ini memberikan informasi tentang calon debitur.
Di situ bisa dilihat profil dari calon debitur tersebut, maka dengan demikian Bank akan hati-hati dalam menyalurkan dana yang akan dipinjamkan tersebut.
Antara satu bank dengan bank lainnya di Indonesia tentunya ada persaingan dalam penyaluran kreditnya itu.
Dalam hal ini suatu Bank harus berlomba-lomba dengan Bank lainnya memberikan menawarkan bunga yang atraktif kepada calon debitur baik perorangan, UMKM, atau korporasi lainnya.
Tentunya hidup-mati nya Bank itu dari bunga yang didapatkan dari pinjaman yang diberikan.
Selain itu Bank juga harus menerapkan strategi yang tepat untuk mencari modal dana yang akan dibungakan itu.
Dana itu didapatkan Bank dari simpanan nasabah, misalnya tabungan, deposito, dan sebagainya.
Pemberian bunga atas simpanan nasabah itu juga menjadi biaya operasional suatu Bank.
Salah satu strategi yang "mencekik" seperti yang ramai diberitakan dimana Bank memberikan bunga yang minim untuk tabungan.
Bahkan hanya 0 persen.
Taktik bisnis itu dijalankan mengingat nasabah pun sangat memerlukan duitnya disimpan di Bank.
Menarik ya, menyimak dunia perbankan ini. Khususnya bagi para mahasiswa dan pengamat.
Khusus menghadapi Ramadhan dan Lebaran tahun ini, tentu ada perkembangan yang lebih menarik lagi untuk diamati.
Dimana perorangan, UMKM, atau korporasi membutuhkan dana untuk merayakan hari suci umat Muslim itu.
Bahkan untuk modal usaha yang bergerak di bidang-bidang yang paling cuan di momen penting seperti sekarang ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H