Mohon tunggu...
Rudy Wiryadi
Rudy Wiryadi Mohon Tunggu... Akuntan - Apapun yang terjadi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mulai hari dengan bersemangat

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Sejarah Hari Sarung Nasional 3 Maret, Simbol Perjuangan Santri dan Kiai

5 Maret 2023   11:07 Diperbarui: 23 Maret 2023   10:47 1076
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sarung (barisan.co)

Tak pelak pesona sarung muncul kembali ke permukaan terutama menjelang tibanya bulan Ramadhan.

Sarung dengan berbagai model, warna, dan corak sangat bersahaja digunakan untuk sholat, atau saat santai di rumah.

Seperti yang kita saksikan di layar kaca, "Wadimor" mempromosikan produknya beberapa masa menjelang tibanya bulan Ramadhan 1444 H.

Promosi yang sangat tepat dan efektif dari segi bisnis dimana umat Muslim bakal menyongsong bulan suci dan IdulFitri.

Secara kebetulan pula, 1 Ramadhan 2023 ini jatuh pada bulan Maret, tepatnya pada tanggal 23 Maret 2023 sesuai ketetapan dari Muhammadiyah.

Dan banyak yang tidak tahu, jika tanggal 3 Maret yang baru saja kita lewati merupakan Hari Sarung Nasional.

Filosofi dari sarung ini adalah umat Muslim khusyuk dan khidmat menjalankan rukun Islamnya atau dipakai saat senggang.

Adalah orang nomor satu di Republik ini, Presiden Joko Widodo yang meresmikan tanggal 3 Maret sebagai Hari Sarung Nasional.

Dalam kesempatan Sarung Fest di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, pada tahun 2019 lalu.

Dalam sejarahnya, kain bercorak yang berbentuk tabung dan digunakan oleh para santri dan kiai itu diperkirakan masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang dari Arab dan India sejak abad ke-14.

Seiring dengan lawatan orang-orang dari Timur Tengah ke negara-negara Asia Tenggara dalam rangka bisnis, sarung juga berkembang di wilayah ini.

Di Myanmar, Singapura, Thailand, Malaysia, dan Brunei Darussalam.

"Kita lihat nanti. Sarung bisa dipakai setiap hari," kata sambutan Jokowi pada 3 Maret 2019 yang menetapkan Hari Sarung Nasional.

Apapun profesi Anda saat ini, berapa kali Anda memakai sarung?

Seminggu sekali, atau sebulan sekali?

Jokowi mengatakan sarung merupakan kekayaan budaya yang harus ditempatkan pada tempat yang baik sebagai penghargaan atas karya dan produksi.

Dimana selain bermacam-macam warna motif dan corak, sarung juga memiliki filosofi yang tinggi.

Di jaman kolonial Hindia-Belanda sarung menjadi simbol perjuangan melawan kaum penjajah.

Sarung pada saat itu konsisten digunakan oleh para santri.

Salah seorang tokoh pejuang, KH Abdul Wahab Abdullah yang juga tokoh penting di NU (Nahdhatul Ulama) mengenakan sarung suatu kali ketika diundang Presiden Soekarno ke Istana.

Namun atasannya tetap jas.

Sementara itu budayawan Semarang, Grace W Susanto, mengatakan bahwa tidak ada salahnya memakai sarung setiap hari pada saat bersantai, bekerja, atau aktivitas apapun.

Grace mengatakan itu selaku pegiat acara Fashion Show on The Street dalam rangka memperingati Hari Sarung Nasional di Semarang, Jawa Tengah, Kamis (2/3/2023).

"Dengan memakai sarung, itu merupakan bagian dari upaya melestarikan budaya kita," katanya.

Dalam aktivitas yang digelar oleh sejumlah warga yang tergabung dalam Pecinta Budaya Kota Semarang itu menarik perhatian pengguna jalan dengan mengenakan berbagai corak, warna sarung dipadu dengan pakaian tradisional Jawa.

Pakaian bercorak itu sangat cocok untuk dijadikan buah tangan atau hadiah untuk kerabat, kenalan, atau rekan bisnis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun