Yang pertama dinobatkan dari ayahnya Prabu Dewa Niskala di Kawali (Ciamis sekarang) yang memegang Kerajaan Galuh.
Yang kedua ketika Sri Baduga Maharaja memperoleh mandat dari mertuanya Prabu Susuk Tunggal di Pakuan, Bogor sekarang.
Dengan kondisi tersebut, Prabu Siliwangi menjadi satu-satunya raja yang mendapatkan mandat dari dua kerajaan, yaitu Galuh dan Sunda.
Prabu Siliwangi mendapatkan tempat tersendiri di lubuk sanubari masyarakat Sunda oleh karena segala kearifan, kebijaksanaan, memperjuangkan kebenaran dan keadilan, serta menumpas kebatilan.
Yang membuat rakyatnya mencapai kesejahteraan dan Kerajaan Sunda mengalami masa keemasannya.
Tanah Pasundan disebut juga dengan Parahyangan. Seperti banyak sebutan untuk kata itu di Jawa Barat misalnya Universitas Parahyangan, atau perumahan Parahyangan, Kereta Api (KA) Parahyangan, dan sebagainya.
Parahyangan berasal dari kata ngahyang yang berarti dewa. Sedangkan pa bermakna tempat. Dan an bermakna benda.
Kata tersebut berasal dari Prabu Siliwangi yang pernah ngahyang di tempat bermukimnya para leluhur atau para dewa.
Dalam prasasti Batutulis yang ditemukan di Bogor yang dibuat oleh Prabu Surawisesa (anak dari Prabu Siliwangi) dalam aksara Sunda Kuno ada tertulis angka 1521.
Hal tersebut mengindikasikan jika Sri Baduga Maharaja wafat pada tahun 1521 Masehi atau 1433 Saka
Prasasti Batutulis yang fenomenal itu dibuat oleh Prabu Surawisesa 12 tahun setelah kematian Prabu Siliwangi.