Mohon tunggu...
Rudy Wiryadi
Rudy Wiryadi Mohon Tunggu... Akuntan - Apapun yang terjadi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mulai hari dengan bersemangat

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

5 Tips Mengatasi Sifat Boros, Anda Tetap Bisa Jajan dan Menabung dengan Seimbang Lho...

26 Oktober 2022   11:07 Diperbarui: 26 Oktober 2022   16:25 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Menghemat uang jajan (merdeka.com)

Tak heran penguasa Orde Baru, Presiden ke-2 RI Soeharto dijuluki sebagai "Bapak Pembangunan".

Sejak diangkat menjadi orang nomor satu di Republik ini menggantikan Soekarno, Soeharto lantas mencanangkan program repelita (rencana pembangunan lima tahun). Kabinetnya pun disebut dengan Kabinet Pembangunan.

Yang saya kenal, selain mengeluarkan SD Inpres di bidang pendidikan, era Soeharto juga meluncurkan dan mendorong masyarakat untuk menyisihkan sebagian pendapatannya di Bank alias menabung.

Selain sebagai sarana mendidik masyarakat untuk menabung, Tabanas dan Taska yang diresmikan pemerintah sejak 1 Agustus 1971 juga untuk menghimpun dana yang dipakai untuk membiayai pembangunan.

Seperti diketahui, pada saat itu, bangsa Indonesia masih terluka oleh peristiwa kekejaman Gerakan 30 September PKI.

Selepas dari tragedi itu, bangsa Indonesia mulai move on dan melakukan pembangunan di segala bidang.

Di masyarakat sendiri sebenarnya sudah lahir budaya anjuran untuk menyimpan uang atau menabung. Uang jajan yang tersisa sebaiknya jangan dihabiskan semua.

Lagu karya Titiek Puspa yang berjudul "Menabung" yang berisi himbauan kepada kita untuk menabung masih sangat populer hingga kini.

Pemerintah pun belum lama ini, menetapkan tanggal 20 Agustus sebagai Hari Indonesia Menabung, sejak 20 Agustus 2020. Masih bayi.

Selain ajakan dari pemerintah dan Titiek Puspa tadi, sebaiknya kita juga harus menyadari pada pentingnya menyisihkan sebagian uang yang tersisa untuk ditabungkan.

Sifat dan karakter seseorang memang berbeda-beda dalam menggunakan uang jajan yang diterima. Ada yang boros menghabiskan semuanya.

Sisa uang jajan berapapun pasti habis dibelanjakan tanpa sisa. Dengan menguras kantong celana.

Dilansir dari berbagai sumber ada 5 tips untuk mengatasi sikap boros yang akan merugikan diri sendiri itu.

Apa saja?

Ketika timbul pikiran buat jajan, alihkan pikiran

Kenakan pajak buat diri sendiri

Buat waktu kapan harus jajan

Evaluasi dan audit pengeluaran

Disiplin mengatur uang

Saat hasrat untuk jajan meledak-ledak alihkan keinginan untuk melakukan aktivitas yang lebih menarik ketimbang jajan.

Kita bisa menonton kesenian, mendengarkan lagu, jalan-jalan atau olahraga lainnya.

Saat sudah capek maka kita hanya perlu istirahat dan makan.

Bukan cuma negara yang memungut pajak untuk keperluan pembangunan, kita pun kudu mengenakan pajak untuk diri sendiri.

Sisakan sebagian pendapatan atau gaji kita untuk ditabung. Kita pun perlu masa depan.

Tidak ada salahnya kita jajan yang kita inginkan, namun aturlah jajan makanan itu pada waktu pas tertentu saja. Misalnya di hari Ahad, atau di hari libur nasional saja.

Mengevaluasi seminggu atau sebulan sekali pengeluaran kita untuk jajan layaknya sebuah perusahaan yang menghitung pengeluarannya. Untuk mengetahui apakah kita itu boros atau tidak.

Pakar keuangan menyarankan rumus 50-30-20 demi finansial yang sehat.

Penghasilan kita itu 50 persennya masuk ke pos investasi, 30 persen untuk dana darurat, dan 20 persen untuk keperluan sehari-hari.

Ya, kita pun sebaiknya begitu.

Bedakan berapa uang untuk kebutuhan sehari-hari, dan berapa uang yang ditabungkan.

Nantinya, sisa uang jajan yang kita tabungkan itu dapat digunakan untuk hari-hari istimewa, misalnya Lebaran.

Berapa uang yang ditabungkan hari ke sehari atau dari bulan ke bulan, kita gunakan di Hari Raya Idul Fitri setahun sekali.

Disiplin mengatur uang 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun