Membawa smartphone tidur (bali.tribunnews.com)
Indonesia mulai mengenal telepon praktis untuk dibawa-bawa (telepon genggam) pada tahun 2000-an.
Pada saat itu jaringannya masih sangat sederhana yaitu 2G yang hanya bisa digunakan untuk menelepon dan SMS dengan fitur-fitur yang sangat sederhana.
Dalam sejarahnya, orang yang pertama kali menemukan telepon praktis yang bisa dibawa-bawa itu adalah Martin Cooper, seorang karyawan Motorola pada tahun 1973.
Telepon genggam pertama yang diciptakan Cooper adalah Motorola DynaTAC dengan teknologi 1-G.
Perkembangan selanjutnya yang lebih baik adalah pada tahun 1983.
Sedangkan teknologi 2-G mulai ditemukan pada tahun 1990-an dengan CDMA di Amerika dan GSM di Eropa.
Ketika masuk ke Indonesia pada awal 2000-an merek-merek yang dikenal pada saat itu selain Motorola, juga Nokia, Sony Ericsson, dan Siemens.
Generasi 2-G ini lebih ringan dan kecil bahkan bisa dimasukkan kedalam saku celana yang bisa dibawa-bawa. 2-G juga memiliki sinyal radio dengan efek radiasi yang lebih rendah.
Sesudahnya, muncul Generasi 3-G yang mulai disebut dengan smartphone atau telepon cerdas. Masih di tahun 2000-an.
Telepon genggam cerdas ini ditandai dengan adanya fitur yang bisa untuk video call seperti yang kita kenal sekarang ini, baik untuk GSM, CDMA, dan CDMA 2000. Ataupun untuk internetan.
Barulah pada tahun 2010-an keatas muncul Generasi 4-G dengan fitur yang lebih canggih, bahkan bisa berfungsi layaknya PC. Operasinya Windows Mobile, BlackBerry OS, Symbian, iOS, dan Android.
Fitur-fitur 4-G ini antara lain ponsel bisa digunakan untuk modem, nonton video, main game, fotografi, dan sebagainya.
Sekarang Indonesia sudah mengenal Generasi 5-G yang mulai diimplementasikan oleh Indosat dan Telkomsel dengan menggunakan tipe-tipe smartphone tertentu.
Kontrol penggunaanÂ
Semakin canggih dan semakin membuat penasaran para penggunanya, namun ditinjau dari segi dampaknya penggunaan smartphone ini harus dikontrol terutama bagi anak-anak yang kecanduan main game atau fitur lainnya.
Begitu pun dengan orang dewasa.
Tidak sedikit mereka yang memilki ketergantungan dengan ponsel cerdas sekarang ini.
Ponsel seolah-olah tidak bisa lepas dari genggaman. Kemana pun selalu dibawa, ke kamar mandi atau disimpan di samping bantal sebagai teman tidur.
Namun ternyata meletakkan ponsel berdekatan dengan tubuh waktu tidur dapat berdampak buruk bagi kesehatan seseorang.
Sejumlah penelitian menemukan bahwa meletakkan ponsel disamping bantal ketika tidur bisa mengganggu kualitas tidur, membuat lelah di siang harinya dan menambah berat badan.
Dengan demikian maka hal itu akan mengakibatkan stres, mengurangi kemampuan belajar, dan menurunkan tingkat produktivitas.
Survei yang dilakukan oleh National Sleep Foundation di Amerika Serikat mendapatkan 90 persen orang dewasa dan 76 persen anak-anak meletakkan ponsel mereka di kamar tidur.
Ya, dengan demikian dapat disimpulkan kemajuan teknologi di segala bidang termasuk telekomunikasi di ponsel memang berguna untuk semakin memudahkan pemakainya dalam menunjang segala aktivitas di pekerjaan, surat menyurat (email), mengirim dan menerima pesan, video call, dan sebagainya.
Namun ditinjau dari segi kesehatan harus dikontrol penggunaan nya agar tidak terjadi yang buruk.
Anak-anak yang terlalu banyak main HP bisa menyebabkan mereka kurang bersosialisasi di dunia nyata dengan teman-temannya.
Atau nonton video kekerasan dan pornografi.
Anda harus menyadari hal tersebut. Mengontrol penggunaan smartphone Anda dan terlebih juga membatasi penggunaan hp ini untuk anak-anak Anda.
Jangan sampai mereka sangat ketagihan yang dapat berakibat buruk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H