"Arema terancam tidak boleh memainkan laga kandang hingga akhir musim," kata Erwin Tobing.
Erwin Tobing yang dimaksud adalah Ketua Komdis (Komisi Disiplin) PSSI angkat bicara soal potensi Arema mendapatkan sanksi berat karena terjadinya Tragedi Kanjuruhan.
Bahkan sanksi berat lainnya selain itu juga menanti tim yang berjuluk Singo Edan itu.
Menanggapi potensi tersebut Presiden Arema Gilang Widya Pramana merasa keberatan karena banyak ruginya dari segi mentalitas maupun finansial.
Bukan hanya sampai disitu, beberapa pihak mengatakan sanksi tidak boleh main laga kandang dinilai terlalu ringan. Ada yang mengusulkan agar Arema didegradasi saja.
Bos Arema Gilang Widya Pramana menjelaskan larangan main kandang sampai akhir musim ini dinilai terlalu berat baginya.
"Tidak main laga kandang sangat memberatkan," kata pria yang dipanggil Juragan99 itu, Senin (3/10/2022).
Tidak main laga kandang berarti tidak ada dukungan dari suporter yang selama ini selalu menjadi penyemangat tim bertanding, sebagai "pemain ke-12".
Juragan99 menambahkan dengan tidak main kandang berarti klub tidak ada pemasukan dari tiket.
"Sponsor juga akan komplain karena di laga home ada banyak aktivitas di sana," kata Gilang.
Sehingga dengan demikian timnya berpotensi kehilangan banyak sponsor.
Jadi tidak diperbolehkan nya main kandang ini sudah sangat memberatkan kata Juragan99.
Tragedi Kanjuruhan ini berawal kalahnya tuan rumah Arema FC dengan skor 2-3 dari Persebaya Surabaya dalam laga pekan ke-11 Liga 1 2022/2023 di Stadion Kanjuruhan, Minggu (2/10/2022) malam WIB.
Kecewa dengan hasil itu para penonton berbuat anarkis dengan sebagian menyerbu masuk ke lapangan.
Polisi lantas menembakkan gas air mata untuk menghalau para suporter itu juga ke arah penonton yang ada di tribun.
Menghindari tembakan gas air mata itu para penonton berhamburan dan berdesak-desakan menuju pintu keluar sehingga saling menumpuk dan sesak nafas sehingga kekurangan oksigen.
Jumlah orang yang tewas karena insiden tersebut lebih dari 170 orang dan lebih dari 200 orang lainnya terluka.
Ini adalah insiden sepakbola kedua terbesar sepanjang sejarah di dunia yang menelan korban jiwa yang paling banyak.
Rusuh sepakbola pertama yang paling banyak menelan korban jiwa adalah pada 24 Mei 1964 di Estadion Nacional pada laga antara Peru versus Argentina.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI