"Awam" sepakbola bahkan para pecinta permainan si kulit bundar akan terheran-heran melihat nama Union Berlin yang hingga pekan ke-7 Bundesliga saat ini bertengger di puncak klasemen dengan 17 poin hasil dari lima kemenangan dan dua imbang.
Dengan memasukkan 15 gol dan kebobolan 4 gol.
Terasa asing melihat nama itu dibandingkan dengan nama-nama yang sudah menjadi langganan kasta tertinggi Jerman tersebut seperti Bayern Munchen, Borussia Dortmund, Bayer Leverkusen, Hertha Berlin, dan sebagainya.
Mengejutkan, dan sangat menarik perhatian betapa Die Eisernen (julukan Union Berlin) menunjukkan statistik yang terus menanjak.
Sebelum reunifikasi pada tahun 1990, Union Berlin ini berada di wilayah Jerman Timur yang beraliran komunis.
Seperti diketahui dalam sejarah, Tembok Berlin yang memisahkan Jerman Timur dan Jerman Barat runtuh pada tahun 1989.
Disebut dengan Tembok Berlin, karena selain memisahkan Jerman Timur dan Jerman Barat, juga memisahkan Berlin Timur dan Berlin Barat.
Selagi di Jerman Timur, Union Berlin berkiprah di Oberliga, alias kasta terendah kompetisi Jerman Timur.
Setelah menjadi "Jerman" saja, maka terbentuklah satu kompetisi domestik yaitu Bundesliga pada tahun 1991 seperti yang kita kenal sampai sekarang ini.
Die Eisernen pun memulai kiprahnya di Bundesliga di kasta ketiga pada musim 1994/1995.
Tidak stabil, Die Eisernen naik turun kasta. Ke divisi ke-2, 3, bahkan pernah di Divisi ke-4.
Pagi mulai menunjukkan sinarnya, Die Eisernen naik ke kasta tertinggi Bundesliga pada musim 2018/2019.
Di musim pertamanya di "Liga 1 BRI" itu Die Eisernen finis di peringkat ke-11.
Di musim keduanya, Union Berlin mulai dikenal sebagai tim Kuda Hitam, mereka sering mengalahkan tim-tim papan atas Bundesliga. Mereka pun finis di peringkat ke-7 musim itu.
Sejarah pun dengan demikian terukir, untuk pertama kalinya Union Berlin lolos ke benua biru mengikuti Liga Konferensi Eropa.
Tidak banyak media yang menyorot, di musim ketiganya di Bundesliga, Union Berlin bahkan semakin gila. Mereka finis di peringkat ke-5 (2021/2022). Sehingga dengan demikian mereka berhak ke Liga Eropa.
Jika ditelaah tidak ada pemain mahal yang tersohor karena Die Eisernen bahkan tidak mengeluarkan uang belanja melebihi 21 juta dalam satu musim.
Rata-rata pemainnya tidak ada yang menonjol dalam mencetak gol yang banyak. Mereka bekerja secara kolektif.
Semua itu berkat racikan pelatih mereka, Urs Fischer, yang membawa Die Eisernen mencatat sejarah naik ke Bundesliga pada musim 2018/2019 seperti yang sudah disebutkan di atas.
Sosok yang berperan lainnya selain Urs Fischer adalah Direktur Olahraga Oliver Ruhnert.
Dialah yang mengumpulkan para pemain untuk klub.
Dengan prinsip pengeluaran yang sekecil-kecilnya Ruhnert menerapkan keuntungan yang sebesar-besarnya.
Mencari pemain-pemain yang potensial dengan harga murah bahkan gratis, seperti Max Kruse, Rani Khedira, dan Neven Subotic.
Uang sisa yang ada lantas digunakan untuk membangun stadion markas mereka yaitu An der Alten Forsterei.
Kapasitas stadion ditingkatkan menjadi 40.000 tempat duduk, atau dua kali lipat dari semula, yaitu 20.000 untuk menampung para suporter.
Di musim ini, ketika Bayern Munchen terpuruk dimana hingga pekan ke 7 bertengger di posisi ke-5 dengan 12 poin, sedangkan Borussia Dortmund di posisi ke-2 dengan 15 poin dengan 2 kali kalah.
Di laga Bundesliga yang terakhir, Minggu (18/9/2022), korban Union Berlin adalah Wolfsburg dengan skor 2-0.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H