Kecanduan main gadget kepada anak akan berdampak buruk bagi kesehatan.
Apa saja?
Kurang bersosialisasi
Obesitas
Mengganggu belajar
Jadi bungkuk
Tidur tidak teratur
Mata terganggu
Adanya gadget membuat si anak kecanduan chating bersama teman-temannya di layar HP sehingga dia enggan bermain dengan teman-temannya atau dengan diri kita sendiri ngobrol. Kurang bersosialisasi.
Risiko kelebihan berat badan meningkat lantaran kurang berolahraga akibat terus main gadget.
Main gadget membuat sulit konsentrasi di pelajaran sekolah sehingga prestasinya anjlok.
Berisiko bungkuk karena sering menunduk melihat gadget.
Main gadget sampai larut malam karena kecanduan membuat pola tidur terganggu yang mana ujung-ujungnya terkena penyakit.
Terlalu sering menatap layar gadget membuat mata terganggu, panas, pandangan kabur bahkan menjadi minus.
Bahkan dilansir dari alodokter.com, kecanduan gadget juga akan membuat anak mengalami kesulitan bicara, dan otot-ototnya menjadi lemah.
Celakanya lagi, penemuan modern ini semakin mendekatkan si anak kepada gadget.Â
Pandemi Covid-19 menyebabkan kita harus beraktivitas di rumah dengan smartphone itu.
"Ibu muda harus mau repot temani anak, jangan kalau si anak nangis dikasih HP biar diam," kata Dra. Herawati.
Dra. Herawati yang dimaksud, Ketua Tim Kerja Perilaku Bumil, Anak dan Remaja Kementerian Kesehatan RI menghimbau ibu-ibu muda jangan sering-sering memberikan hp kepada anaknya karena si anak bisa kecanduan.
Kecanduan hp pada anak dapat mengganggu tumbuh kembang nya terutama dalam hal sosialisasi.Â
Seperti yang disebutkan di atas Pandemi Covid-19 memberikan ruang yang lebih banyak kepada keluarga-keluarga tinggal di rumah dan dekat dengan gadget, maka di masa-masa seperti inilah merupakan tantangan baru bagi kita untuk membatasi penggunaan ponsel kepada anak.
Pembatasan yang dimaksud menurut Herawati memberikan 2 atau 3 jam dengan gadget di luar waktu sekolah. Anak juga tidak diperbolehkan "dekat" dengan hp di saat makan.
Jangan sampai anak main ponsel sembari makan.
Mungkin juga terkait dengan Pandemi Covid-19 ini ada sekolah online, untuk itu Herawati menganjurkan orangtua memberikan contoh kepada anak.
Orangtua jangan terus pegang ponsel di depan anak, harus menjadi contoh.
Supaya anak tidak bosan, biarkan dia bermain di luar bersama teman-temannya dengan orangtua mendampingi langsung.
Bermain di luar bisa membuat anak menjadi lebih aktif secara fisik.
Jika anak sudah terkena nomophobia syndrome, Herawati menganjurkan agar orangtua menghubungi psikiater, psikolog, atau profesional di bidangnya.
Nomophobia syndrome yang dimaksud adalah kecemasan atau tanda-tanda seseorang kecanduan ponsel.
Tanda-tandanya
Waktu ke kamar mandi, berjalan ke depan, atau makan ponsel selalu dalam pegangan
Memeriksa ponsel tiap 6 menit sekali
Sangat cemas kalau baterai hp sudah low bat
Hari tak dapat dilewati tanpa ponsel
Bangun tidur di waktu pagi langsung mencari ponsel
Ibu atau orangtua kerap memberikan ponsel kalau nangis, mungkin karena si ibu sibuk dengan pekerjaannya di kantor atau lainnya.